Cute

22.8K 2.6K 116
                                    

"Aku telat, oppa." Aku memiringkan kepalaku menjepit ponsel yang sedang terhubung dengan Jungkook. Kupakai kaus kaki, kemudian aku berjalan ke arah dapur.

Terdengar helaan napas Jungkook, "Memangnya kau belajar sampai jam berapa tadi malam? Untung aku meneleponmu tadi."

Kutuang susu cokelat ke gelas sebelum kemudian kuminum sampai habis. "Sampai... Entahlah, aku berhenti belajar jika aku merasa sudah menguasai, bukan sudah mengantuk." Cepat-cepat kuambil sepatu yang berada di rak, kemudian kupakai.

"Sudah siap? Jangan terlalu terburu-buru, berhati-hatilah!"

Kepalaku mengangguk, walaupun aku tahu bahwa ia tidak akan melihatku menganggukkan kepala. Kakiku berlari kecil untuk turun dari apartemen, "Oppa, aku rasa aku harus menutup telepon."

"Ne, berhati-hatilah! Jangan lupa mengabari ibumu, beliau sangat cemas jika tidak mengetahui kabarmu!"

Mataku melirik ke arah jam yang melingkar pada pergelangan tanganku, kemudian aku berkata, "Ne! Aku tutup!"

Tanpa mendengar jawaban dari Jungkook aku langsung memutuskan sambungan telepon. Ponselku kumasukkan ke tas, kemudian aku langsung berlari ke halte bus yang paling dekat dengan apartemenku.

-

Aku terus berlari ke arah kelas yang menjadi ruangan tempat aku melaksanakan ujian.

Walaupun ini hanyalah ujian tengah semester, murid-murid kelas satu akan digabung dalam satu ruangan besar. Otomatis, aku berada di satu ruangan bersama murid dari satu satu.

Aku melirik ke dalam kelas sebelum kemudian masuk ke ruangan tersebut. Ruang kelas ini sudah dipenuhi oleh banyak murid. Ada yang tengah berbincang-bincang dan ada juga yang tengah membaca buku.

Kakiku melangkah mendekati salah satu meja yang ditempelkan nomor di atasnya. Setelah mencocokkan kembali nomor tersebut dengan nomor yang berada di kartu ujianku, aku langsung duduk dan menyangkutkan tas di samping meja.

"Yoon Yura!" Nara memukul mejaku, membuatku terkesiap dan hampir terjatuh. Ia tertawa kecil sebelum kemudian meletakkan sebuah buku tepat di atas meja. "Ajari kami nomor dua!"

Nayoung mengangguk sebelum berlutut di sampingku, "Tolong ajari kami!"

Aku meraih tempat pensil yang berada di dalam tas, lalu kuambil sebuah pulpen sebelum kemudian menjelaskan rumus yang harus digunakan pada model soal fisika yang diajukan oleh Nara dan Nayoung.

Belum sempat aku selesai mengajari Nara dan Nayoung, guru Pyo yang akan mengawasi ruanganku selama kegiatan ujian dilaksanakan datang.

Guru yang terkenal garang itu meletakkan sebuah map yang aku yakini adalah soal ujian, dan penggaris besi setengah meter di atas meja. "Kembali ke tempat masing-masing sebelum aku melempar penggaris besi ini."

Semua murid yang sedang tidak berada di tempatnya langsung berlari ke sana ke mari untuk duduk di tempat masing-masing.

Aku mengedarkan pandanganku ke penjuru kelas sampai akhirnya berhenti pada satu titik. Lee Mingyu, lelaki itu duduk tepat di sampingku.

"Akan ada empat paket ujian," guru Pyo berjalan membagikan soal kepada kami, "Tidak ada mencontek, atau meminjam alat tulis di kelasku. Biasakan disiplin!"

It's Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang