Fisika.
"Jadi siapa yang bisa menjelaskan tentang Hukum Ohm?" Tanya Pak Latif sambil kemudian duduk di kursinya.
"Kent? Kamu bisa?" Tanya Pak Latif sambil menunjuk Kent yang duduk sendirian, Tanpa Radit di sampingnya.
"Hmm-Itu pak anu-apa sih Fer?" Kent malah menengok ke kursi belakang, kursi tempat Iffer duduk.
"Mankanya Kent, Kalau sekolah tuh kamu jangan tidur. Rubah sikap kamu, udah kelas 12 jangan main-main lagi mulai sekarang"
"Iya pak"
Rara yang melihat itu hanya bisa bergedik miris. Kent itu temannya. Sahabatnya, dan Rara harus membantu Kent untuk masa depannya, melawat sifat keras kepalanya, menghilangkan kebiasaan buruknya, dan mengubah pandangannya terhadap pendidikan.
"Kamu harus belajar banyak dari Radit, kalau berteman itu jangan cuma hanya berteman, tapi ambil juga ilmunya" Ucap Pak Latif sekali lagi.
"Iya pak"
Lagi-lagi, Kent memang tak begitu peduli dengan pendidikannya, nilainya, bahkan ia termasuk anak yang salah jurusan. Karena rata-rata semua siswa di kelas IPA adalah orang yang bersungguh-sungguh, yang serius, dan tidak suka main-main dengan membuang banyak waktu.
"Radit kemana ya Yun? Dia kok nggak masuk ke kelas" Ucap Rara sambil melirik Yunda yang duduk di sampingnya.
"Ya nggak tahu, kan tadi katanya lo ketemu sama dia. Ya harusnya lo yang tahu lah Ra"
"Kan gue masuk kelas duluan. Gue nggak tahu kemana dia selanjutnya"
Yunda tak menjawab, ia sedang fokus mengisi tugas remedial kimianya di tengah-tengah pelajaran fisika. Itu kebiasaan wajar, dan sangat sering ditemukan di lingkungan anak SMA. Apalagi kelas 12, keterbatasan waktu dan kelelahan aktivitas jadi penyebabnya.
"Gue kok malah jadi khawatir ya, tadi pagi gue liat Radit mukanya pucet banget"
"Lah dia emang gitu kali mukanya, apalagi tiap pagi. Kan dia nggak pernah mandi kalau sekolah"
"Beda Yun, gue juga tahu kalau itu mah"
Untungnya, bel istirahat sudah berbunyi. Rara segera keluar berlari meninggalkan Yunda di dalam kelas. Tujuan pertama Rara adalah tempat terakhir kali mereka bertemu. Ruang osis.
Saat masuk ke dalam, Yang Rara temukan bukanlah Radit. Tapi sekumpulan pengurus osis baru yang sedang mengadakan rapat. Kalau bukan di sini, Radit di mana?
Ruang musik.
Rara langsung keluar, mengucapkan maaf dan berlari menuju ruang musik yang ada di ujung gedung. Biasanya, di sana Radit bernaung. Bersama kumpulan alat musik dan kabel-kabel yang akan menghubungkan alat musik dengan listrik. Karena tempat itu adalah sumber ketenangannya, hanya di sana Radit bisa tenang.
Dari luar, ruangan itu tampak sepi. Bagai tak berpenghuni, karena dasarnya ruang itu biasa digunakan pada hari jum'at saja atau hanya digunakan oleh Radit dan Iffer saat keduanya sama-sama sedang kacau.
Rara memutar knop pintunya, Terkunci. Dan itu artinya, Radit tak mungkin ada di sana.
"Radit kemana sih?" Ucap Rara pelan.
Rasa khawatirnya makin menjadi. Ia sandarkan tubuhnya di tiang penyangga koridor, memejamkan matanya mencari sebuah ketenangan agar rasa khawatirnya hilang dan digantikan oleh angin sejuk yang penuh dengan ketenangan. Tidak, sama sekali Rara hanya butuh kepastian kondisi Radit.
"Radit tadi minta anter ke Rumah Sakit. Vertigonya mulai kerasa lagi" Ucap seseorang saat Rara sedang memenjamkan matanya. Mendengar itu, pandangannya langsung terbuka sempurna melihat Rama ikut menyandarkan tubuhnya juga ditembok. Bersama dengan Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...