Adam POV
" Papa ! Acha laparlah ! Papa tak nak masak ke ? " Asha memeluk lututku .
" Asha lapar ya ? Sekejap eh sayang . Papa nak mandikan baby Qairil dulu . Lepas ni , papa masakkan untuk Asha . " aku mengusap perlahan kepala Asha . Alahai , kesian puteri aku yang sorang ni .
Aku terus memandikan Qairil di dalam bath tub baby miliknya . Dia tersengih memandang wajahku . Aku meletakkan sedikit sabun di tubuhnya kemudian aku menghalakan pili air ke arah belakang tubuhnya bagi menghilangkan buih - buih yang melekat di tubuhnya .
Setelah selesai , aku pun mengelap tubuhnya menggunakan tuala kecil . Qairil ni lagi senang nak uruskan dia mandi sebab dia memang suka main air berbanding Qayish . Tapi Qayish lebih pendiam daripada adiknya yang suka merengek .
Kini , usia mereka berdua telahpun menginjak 1 tahun . Macam - macam ragam yang aku dah lalui bersama mereka berdua . Masa mula - mula aku nak jaga Qayish dengan Qairil dulu memang susah sebab aku tak berpengalaman langsung nak uruskan bayi kecil . Baru aku faham perasaan Syaf waktu besarkan Asha sorang - sorang tanpa ada aku di sisinya .
Syaf banyak ajar aku cara - cara nak uruskan kembar ni . Dari cara pegang bayi sampailah nak mandikan bayi . Walaupun banyak kali aku kena marah dengan Syaf dulu sebab selalu leka jaga bayi , tapi aku langsung tak kisah . Setakat kena marah , apalah sangat .
" Papa , jomlah kita pergi dapur . Acha dah lapar ni . Jomlah , papa . " aku menganggukkan kepalaku . Lapar betul anak aku yang sorang ni . Aku terus mendukung Qayish dan Qairil di bahuku lalu aku dan Asha turun ke bawah .
" Asha tolong tengokkan adik - adik boleh ? Papa nak masak kejap . Kalau baby nangis , Asha panggil papa . Okay ? " aku meletakkan kembar di atas karpet yang disediakan khas untuk mereka berdua .
" Okay papa ! Papa pergilah masak . Acha nak main dengan baby ni . " eh , aku pula yang kena halau ? Bertuah punya anak .
Setelah itu , aku mula masuk ke dalam dapur lalu aku mencapai apron yang tersangkut di tepi pintu dapur . Aku membuka peti sejuk untuk melihat barang dapur yang berada di dalamnya . Aku mengambil sos spaghetti yang berjenama Kimball lalu aku keluarkan . Kemudian , aku mengambil pula daging kisar dan bahan - bahan yang lain . Nampaknya , hari ni kita makan spaghetti jelah sayang .
Belum sempat aku ingin memotong bawang , tiba - tiba sepasang tangan melingkar di pinggangku . Aku menahan senyumanku . Tak payah toleh pun aku dah tahu siapa .
" Sayang , abang tengah masak ni . " tegurku sambil memotong bawang .
" Abang tak nak pandang sayang ke ? Sayang rindu tau . Ingatkan bila Syaf balik rumah dapatlah hug atau kiss abang , tapi nak pandang pun dah tak nak . " Syaf terus menarik semula tangannya dari pinggangku .
" I'm sorry okay , sayang . Meh sini abang nak peluk sayang . " aku terus menarik Syaf ke dalam dakapanku . Ya Allah , rindunya aku dekat permaisuri hati aku ni . Aku mengusap belakangnya . Kesian Syaf .
" Abang , nak kiss . " rayunya . Alahai , kenapa manja sangat isteri aku ni ? Rindu sangat ke dengan aku ?
Aku terus mencium segenap wajahnya bermula dari dahi dan diakhiri dengan tempat kesayangan aku .
" Abang , thank you . " ucapnya teruja . Kini , giliran Syaf pula untuk mengucup pipiku . Aku harap Asha takkan nampak apa yang aku dengan Syaf lakukan tadi .
" You're welcome , sayang . Oh ya , abang Fayyad macam mana ? Dah okay ? " soalku sambil memeluk pinggang Syaf . Rasa macam tak nak lepas je .
" Alhamdulillah , dah okay . Cuma kaki kanan dia retak sikit . Nampaknya lepas ni abang Fayyad kena pakai tongkatlah untuk berjalan . Abang , sayang minta maaf tau sebab tak dapat nak uruskan anak - anak . " kata Syaf kepadaku . Aku mencium tangannya perlahan .
YOU ARE READING
𝗠𝗘𝗔𝗡𝗧 𝗧𝗢 𝗕𝗘
Teen Fiction(UNEDITED) [WARNING: Cerita ini ditulis waktu 2016, and i am a high schooler at that time jadi ada banyak cacat cela dan part yang cringe so read at your own risk, enjoy!] 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 𝐀𝐝𝐚𝐦 𝐂𝐚𝐥𝐯𝐢𝐧 Peribadinya tidak seindah namanya. Ego...