Hujan turun dengan lebatnya dan disertai petir yang menggelegar. Nissa memejamkan matanya sesekali. Dengan tubuh yang sedikit basah Nissa menggosok-gosokkan tangannya mencari kehangatan. Kini Arsal dan Nissa berteduh di halte bus. Arsal hanya diam, dia sibuk memperlihatkan awan yang begitu gelap.
Tubuh Nissa bergetar hebat, dia menoleh menatap Arsal dengan bibirnya mengatup rapat."Sal.." panggilnya.
"Hm,"
"Nissa dingin, Nissa gak kuat." sahut Nissa mengadahkan kepalanya keatas seraya memejamkan matanya rapat. Arsal melirik kearahnya.
"Terus gue harus ngapain?" ucap Arsal heran.
"Nissa boleh gak pinjem jaket Arsal?" tanyanya.
"Kalau lo yang pake, gue pake apaan? Gue juga ngerasa dingin bukan lo doang." Arsal menatapnya datar. Hati Nissa sakit, segitu jijiknya kah dia padanya? Sampai-sampai Nissa pinjam jaketnya saja tidak boleh.
Nissa mengangguk lemah,"Oh yaudah."
Tanpa di duga Nissa duduk dibawah, menekuk kedua lututnya seraya memeluk dirinya sendiri. Lumayan ada sedikit kehangatan didalam tubuhnya. Nissa tersenyum miris, begini kah rasanya mengejar pria yang kita cintai? Seumur hidup baru kali ini Nissa merasakan sesak yang begitu mendalam dilubuk hatinya.
Melihat gerak-geriknya membuat Arsal sedikit iba padanya, ternyata Nissa tidak berbohong kalau dia benar-benar sedang kedinginan. Arsal segera melepas jaketnya lalu menaruh dipunggungnya, Nissa tertegun melihat ada sepasang tangannya yang melingkari lehernya. Nissa segara mendongak menatapnya terkejut.
"Makasih." ucap Nissa tulus, dengan raut wajah yang datar Arsal mengangguk tanda jawabnya.
Arsal mengubah posisinya, dia duduk bersampingan padanya. Arsal menyerngit mendengar desisan tertahan olehnya."Kenapa lagi?"
Nissa menoleh ke samping,"Nissa masih kedinginan Arsal, Nissa beneran gak kuat." Arsal melihat wajahnya yang berubah menjadi pucat, dia bingung harus melakukan cara apa lagi.
"Terus gue harus ngelakuin apa?"
Nissa mengendikkan bahunya,"Entahlah."
Peluk Nissa, Arsal. Mungkin aja rasa dingin ini berubah menjadi hangat karna Arsal peluk Nissa. Batinnya.
Arsal terdiam sesaat, lalu entah kenapa suara hatinya dan pikirannya menyuruh dia untuk memeluk Nissa. Arsal menggeleng menolak suara hatinya dan pikirannya. Seolah tersudut hati dan pikiran Arsal dengan terpaksa dan pasrah mengiyakannya.
"Sini." ucap Arsal memberitahunya segera mendekat, Nissa menyerngit bingung."Kenapa diem aja? Denger gue ngomong gak?"
Dengan pasrah Nissa sedikit mendekat padanya, lalu dengan perlahan sebelah tangan Arsal mengitari tubuhnya. Deg, tubuh Nissa menegang seketika dan Arsal merasakan itu. Dengan sebelah tangannya Arsal menarik Nissa ke dekapannya. Lagi dan lagi Nissa dibuat deg degan olehnya, benarkah ini? Benarkah saat ini Nissa tidak bermimpi.
"Arsal.." suara Nissa tercekat.
"Apalagi?!"
Nissa sedikit mendongak, dan jatungnya berdetak begitu kencang. Nissa bisa melihat wajahnya dengan jarak yang bisa di bilang sangat dekat. Nissa diam, dia menatap wajahnya dengan intens.
"Nissa gak lagi mimpi kan?" ucap Nissa tanpa sadar, Arsal menyerngit bingung tidak mengerti ucapannya.
"Menutut lo?"
Nissa mengerjap-ngerjapkan matanya,"Nggak."
"Yaudah,"
Setelahnya Nissa menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya, Nissa memejamkan matanya seraya menghirup dalam aroma tubuhnya yang Nissa sukai. Arsal pun sambil menunggu hujan reda, dia memejamkan matanya sesaat. Lama kelamaan kepala Arsal terjatuh di puncak kepala Nissa. Nissa membuka matanya, dia tersenyum melihat Arsal tertidur dengan memeluk dirinya.
Cukup lama mereka berada di posisi seperti itu, sungguh pasti yang sedang membaca ini ingin berada di posisi Nissa sekarang. Selang beberapa menit hujan pun reda, suara kicauan burung yang bertebrangan sudah terdengar. Nissa berniat untuk membangunkannya.
"Arsal.." ucapnya.
"Arsal ihh." Arsal menggeliat tidak nyaman, dia malah memper-erat dekapannya. Nissa melebarkan matanya dia merasa sesak nafas karna Arsal memeluknya sangat erat. Nissa berontak membuat Arsal sedikit tersadar.
"Arsah ihh, Nissa gak bisa nafas." Arsal yang terkejut mendorong tubuh Nissa sedikit kasar, tubuh Nissa terhempas ke depan, dia terkejut Arsal yang mendorongnya sedikit kasar.
"Lo ngapain peluk-peluk gue?!" sentak Arsal terkejut karna saat pertama dia lihat itu Nissa yang berada di dekapannya. Dia menatap Nissa tajam, Nissa menyerngit bingung mendengar ucapannya.
"Bukannya Arsal duluan yang meluk Nissa?" ucapnya membuat Arsal bungkam, dia berpikir sejenak dengan kejadian tadi. Setelah tersadar Arsal palingkan wajahnya ke samping, dia merasa malu padanya, padahal dirinya lah yang memeluk Nissa bukan dia.
Nissa terkekeh renyah,"Yaudah kita pulang, yuk. Hujan udah reda."
Tanpa mengucapkan satu kata pun, Arsal beranjak dan mendekati motornya yang terpakir di hadapannya. Nissa segara bangkit dan berjalan kearahnya.
"Buru naik ngapain masih diem aja? Mau gue tinggal." ucap Arsal, sebelum menjawab Arsal sedikit me-gas motornya membuat Nissa terpekik.
"Arsal ihh." pekik Nissa spontan. Dalam hati Arsal terkekeh, melihat sekilas wajah kesalnya. Nissa berjalan mendekatinya dengan kaki yang dia hentakkan.
"Tungguin Nissa."
"Yaudah buru naik," jawab Arsal cepat.
Setelahnya Nissa pun menaiki motornya, Arsal me-gas motornya dengan kecepatan rata-rata. Nissa menyandarkan kepalanya di punggungnya. Sedangkan Arsal fokus ke depan.
Tbc
Maaf sedikit, baru awal🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...