Arsal menggeliat dari tidurnya. Perlahan kedua matanya terbuka dan cahaya terang langsung masuk membuat kedua matanya menyipit. Arsal bangun dan bersandar dipunggung kasurnya. Sebelah tangannya mengucek-ngucek matanya sambil melirik kearah jam yang menunjukkan 8.15 pagi. Arsal menghela nafas lalu bangkit berjalan menuju kamar mandi.
Seusai membasuh wajahnya dan menggosok gigi, Arsal kembali keluar dengan wajah yang terlihat segar. Ujung jambul rambutnya sedikit basah membuang siapa saja mengira bahwa dia seusai mandi, padahal tidak bukan. Arsal membuka kaos putih polosnya yang menampakkan pemandangan indah. Ya, Arsal Shirtless.
Arsal berjalan menuju kasurnya, dia duduk setengah tiduran, nyender lah. Lalu dia melihat novel yang semalem dia baca sampai tertidur.
Lalu Arsal meraih ponselnya, saat ingin menekan tombol hidup, seseorang menelpon membuat layar ponselnya nyala dan tertera nama disana siapa yang menelpon. Arsal menarik sudut bibirnya berbentuk senyuman manis. Dengan sigap Arsal menggeser kesamping untuk mengangkat panggilannya.
"Arsallll." sapa disebrang sana terdengar ceria.
Arsal tersenyum. Dia merindukkan suaranya, suara yang begitu antusias kalau saat sedang berbicara satu sama lain. Arsal menyukai itu.
"Hai, sayang." Arsal menyender dipunggung kasurnya sambil melihat langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos.
"Arsal lagi apa? Disana malem, siang, sore, atau pagi? Nissa ganggu gak? Oh ya, disini sore tau, Arsal udah makan belum? Nissa lagi makan nih, Arsal mau?" ujarnya berbondong-bondong dengan mulut yang terisi penuh dengan makanan.
Arsal tertawa ringan mendengar suaranya yang agak gak jelas, dia berdehem lalu berkata."Disini pagi. Hm.. Selamat pagi buat kamu sayang. Aku belum makan dan bakal makan kok, kamu tenang aja. Oh ya, kamu lagi makan kan, aku mau dong. Aaaa."
Disana Nissa tertawa mendengar suara Arsal seperti anak kecil.
"Haha, Arsal ada-ada aja. Mana bisa Nissa suapin Arsal, Arsal kan jauh disana." Nissa tertawa pelan membuat Arsal tersenyum lagi dan lagi.
"Udah tau gak bisa kenapa tadi nawarin aku? Bikin gemes sih," sahut Arsal berdecak gemas.
"Hehe, gak kepikiran soalnya."
Arsal menggelengkan kepalanya. Lalu dia berjalan menuju balkon kamarnya, saat membuka pintu balkon udara pagi langsung menerpa ke wajahnya. Arsal langsung duduk dikursi putih, kedua matanya menatap lurus melihat pohon-pohonan.
"Gimana perkembangan disana?"
"A—apanya?" sahut Nissa gugup.
Arsal menyerngit, merasa ada yang aneh dengan nada bicaranya.
"Kamu gak lagi nyembunyiin apa-apa kan sama ku?" tanya Arsal tegas.
"I—ihh nggak kok, kalau gak percaya tanya aja sama Qaqa."
Arsal menghembuskan nafasnya, "Beneran? Kalau ada apa-apa, plis bilang sama aku. Aku gak mau sampai kamu bohong sama aku. Paham?!"
"Iya Arsal. Nissa paham banget." Arsal tersenyum.
"Arsaalll lo nyimpen kaset Action tadi malem dimana? Gue mau nonton, setan!!" teriakkan itu membuat sang pemilik nama langsung menoleh. Disana Rehan yang masih memakai handuk yang dia lilitin dipinggang, Arsal berdecak melihatnya.
"Apa sih, Han. Ganggu aja si lo! Kan semalem gue bilang, gue taro disamping meja. Lo denger gak sih?!" sahut Arsal kesal karna acara telponan dia dan sang kekasih keganggu. Disebrang sana, Nissa terkekeh mendengar kekasihnya sedang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...