"Astagaaa, mata lo kenapa, Niss?" pekik Dara saat Nissa baru saja memasuki kelasnya. Nissa melirik menatapnya lalu menggeleng pelan."Siapa yang bikin lo kaya gini?!" desisnya tak terima.
Nissa menghembuskan nafasnya berat,"Nissa nggak papa Dara."
Dara berdecak sebal,"Lo bisa bilang nggak papa, tapi mata lo yang gak bisa di bilang nggak papa!"
Dara menghela nafas,"Arsal lagi,"
Nissa mengangguk lemah. Dara mendesah pelan, dia lelah melihat Nissa yang terus-terusan berjuang untuk mendapatkan hati si pria es itu.
"Lebih baik lo jauhin dia aja, gue cape liat lo ngejar-ngejar dia terus. Apa yang lo dapet setelah ngejar-ngejar dia? Yang lo dapet cuman omongan dia yang pedes kan?. Lo tuh cewek Niss, cewek gak semestinya memperjuangkan cinta sampai segitunya." papar Dara menatapnya dengan iba. Nissa mencerna ucapannya dengan seksama, bisakah dia menjauh darinya? Tentu jawabannya adalah tidak, setiap detik Nissa selalu merindukan cara dia berbicara padanya, apalagi cara dia menatap Nissa. Nissa benar-benar suka akan hal itu.
"Kalau hidup mulus-mulus aja, kapan kita belajar maknanya berjuang?"
"Iya gue tau, tapi apa yang lo dapet Niss? Apa lo udah dapet cinta dia? Nggak kan? Gue takut usaha lo bakal sia-sia aja." ucap Dara menepuk bahu Nissa pelan.
"Nissa yakin suatu saat nanti Arsal bales perasaan Nissa." ucap Nissa final.
Dara mendengus,"Serah lo Niss. Emang susah ngomongin orang yang udah cinta buta kaya lo!" Dara menatap Nissa kesal. Entahlah dia begitu greget dengan tindakannya.
*****
Nissa dan Dara berjalan beriringan, sesekali Nissa terkekeh mendengar ucapan Dara. Ya, mood Nissa sudah kembali, dan ini berkat temannya dari SMP. Di koridor begitu ramai, seperti biasa Nissa menerbitkan senyuman indahnya. Lalu dari kejauhan dia memincingkan kedua matanya, Nissa melihat sosok kembaran Arsal, yang tak lain adalah Arsya.
"Dar, samperin Arsya yuk." ajaknya menarik tangannya. Dara memekik menerima perilakunya.
"Arsya.." panggil Nissa membuat pria itu menghentikan tawaannya. Dia menoleh menatap Nissa dengan bingung. Nissa berjalan mendekatinya.
"Liat Arsal dimana?"
Arsya menyerngit, lalu menggeleng."Gak tau, gue gak liat dia hari ini."
Raut wajah Nissa pun menjadi cemas, entah kenapa, Arsya yang menyadari Nissa cemas mengkerutkan keningnya.
"Lo kenapa?" tanyanya bingung.
Nissa menggeleng cepat,"Nggak Nissa nggak papa. Kalau gitu makasih ya." Nissa pun membalikkan tubuhnya meninggalkan Dara yang sedari tadi memanggilnya. Nissa berpikir keras agar dia bisa bertemu dengannya. Satu fakta yang Nissa ketahui, Arsal sangat menyukai tempat sepi.
Lalu kakinya membawa ke belakang sekolah, entahlah Nissa yakin Arsal berada disana. Nissa mempercepat langkahnya, dia tidak sabar ingin segera bertemu dengannya.
Nissa tertegun melihat Arsal yang kini sedang merokok, sesekali dia membuat asap itu berbentuk O besar. Hal yang pertama Nissa lihat, Arsal merokok. Dengan langkah pelan tapi pasti, Nissa mendekatinya.
"Arsal..." ucap Nissa. Merasa namanya di panggil Arsal pun menolehkan kepalanya. Setelah di lihat siapa yang memanggilnya, Arsal mendelik.
"Pergi!" sentaknya tanpa menatapnya. Nissa terlonjak kaget, dia mengerjap-ngerjapkan matanya sesaat lalu mendekatinya.
"Arsal Nissa cuman pe--"
"Pergi Nissa!!" sentaknya kembali kali ini lebih nyaring terdengar ditelinga Nissa. Nissa memejamkan matanya hatinya begitu sesak! Perlahan air matanya luruh dengan lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...