Tak terasa kini sudah satu bulan kemudian, makin kesini Nissa dan Arsal semakin menunjukkan bahwa keduanya saling mencintai satu sama lain. Keduanya bahagia, bahwa kini tidak ada hambatan untuk keduanya saling mengenal lebih dalam lagi. Apalagi Arsal semakin menunjukkan sikap posesifnya, walaupun dia belum menyatakan cinta secara langsung, percayalah Nissa begitu senang dengan perilakunya. Yang Arsal pikirkan belakangan ini, dia mencari hari yang tepat untuk menyatakannya. Hari yang akan dia ingat sampai kapanpun, tentunya hari itu akan menjadi hari terindahnya sepanjang hidupnya.
Satu kenyataan yang membuat Arsal sangat puas yaitu, berita tentang kedua orang tuanya, yang tak lain Danis dan Refa. Ternyata keduanya sangat terobsesi untuk bekerja dan bekerja. Sampai mereka hampir tidak mengurus anaknya yang saat ini sedang membutuhkan kehadirannya. Kenyataan bahwa orang tuanya tidak memperdulikan Nissa membuat Arsal marah, dengan keadaan Nissa yang cukup di bilang down, mereka sama sekali tidak menjenguk anaknya sendiri?
Itu yang membuat Arsal marah pada mereka, rasanya dia ingin memarahi mereka yang tidak becus menjaga anaknya sendiri!! Tapi Arsal masih ingat batasan, dia masih menghargai mereka yang lebih tua darinya.Nafas Arsal memburu, dadanya naik turun. Matanya terpejam rapat dan kedua tangannya yang terkepal kuat, saking kuatnya tangannya bisa memecahkan kaca di hadapannya. Darah segar mulai muncul di tangannya, tapi Arsal tidak memperdulikan itu. Yang Arsal perdulikan hanya satu, selamatkan dia!
"Arghhhhhhh" teriak Arsal mengacak rambutnya kuat. Giginya bergemelatuk menahan emosinya saat ini. Di luar Bobi dan Ilham sibuk menggedor-gedor pintu kamar mandi. Arsal semakin kesal dengan tindakkan mereka, dia membuka pintu kamar mandi dan menatap mereka dengan sangat tajam.
"Yaampun! Tangan lo, Sal!" heboh Bobi dan mendapat hadiah pukulan dari Ilham."Aww." ringis Bobi setelahnya.
"Kecilin suara lo, bego!"
Ilham beralih menatap Arsal,"Ngapain lo disini! Harusnya lo di ruangannya, temenin dia! Dia butuh lo, Sal."
Arsal diam dengan pandangan kosong.
"Gue gak bisa jaga dia, Ham!" gumam Arsal pelan.
Ilham dan Bobi menatapnya iba. Bobi menepuk-nepuk bahu Arsal pelan.
"Lo bisa jaga dia, Sal. Sekarang lo ke ruangannya, dia udah sadar. Dia nyariin lo dari tadi." ucap Bobi menyemangatinya.
Arsal mengangguk pelan dan berjalan menuju ruangannya. Arsal membuka pelan pintunya, kepalanya menyembul dan melihat dia sedang tertidur. Perlahan senyumnya terukir, dia berjalan mendekatinya. Arsal menarik bangku agar dekat dengannya lalu dia duduk dan meraih tangannya.
Arsal tersenyum kecut. Dia mengusap rambutnya dengan pelan dan kasih sayang.
"Maafin gue. Maafin gue gak bisa jaga lo dengan baik! Maaf." sesal Arsal mentapnya sendu. Dan baru kali ini Arsal menangis karna seorang wanita, sebelumnya dia tidak pernah menangis.
Tangan dia bergerak, perlahan kedua matanya terbuka. Arsal buru-buru menghapus air matanya yang hampir berlinang di pipinya.
"Arsal.." suara seraknya menatap Arsal dengan lembut.
"Iya ini gue, gimana? Ada yang sakit?" tanya Arsal lembut dan mengelus pipinya.
Nissa menggeleng pelan,"Nissa nggak papa, Arsal jangan khawatir ya."
Arsal mengulum senyumannya, "Tentunya gue pasti khawatir sama lo, Niss. Cepet sembuh ya, gue gak suka liat keadaan lo kaya gini."
Nissa hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Niss.."
"Apa?"
"Kenapa sebulan ini lo gak minum obatnya? Kenapa lo bikin gue menderita karna liat keadaan lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...