Arsal menyerngit melihat Nissa membawa seplastik es batu. Buat apa es batu itu? Karna penasaran Arsal membuntutinya dari belakang. Arsal memilih bersembunyi di balik pohon yang tidak begitu besar, terlihat Nissa membuka masker itu. Setelahnya dia mulai mengambil pecahan es batu itu Dan menempelkannya di pipinya. Sesekali dia meringis tertahan.
"Ini semua karna mama, Nissa jadi ngerasain perih di pipi." Ucapnya sambil menekankan es batunya di pipinya.
Nissa ngaca dicermin yang berbentuk kepala boneka, dia melihat bekas tamparan itu, ada perasaan sesak dilubuk hatinya. Mengingat kejadian tadi pagi membuat air matanya keluar dari pupil kedua matanya. Seumur hidup baru kali ini Nissa mendapatkan tamparan dari seorang ibu, sakit ya sangat sakit.
"Apa sesakit ini di tampar sama orang yang kita sayangi? Di sini Nissa gak salah, mama sama papa yang salah. Mereka berdua gak peduli sama Nissa, mereka peduli sama perkerjaannya masing-masing." Ucap Nissa terisak pilu. Dunia seolah mempermainkan takdirnya, Nissa lelah harus bersikap ceria kalau dilubuk hatinya dia sedang terpuruk. Nissa lelah bersikap biasa aja seolah tidak terjadi apa-apa. Kapan ini semua berakhir?
Arsal terpengarah mendengar ucapannya, apa yang dirasakan Nissa sangat terasa olehnya. Apa dibalik sikap cerianya Nissa terus membebani berbagai masalah di kehidupannya? Arsal sungguh tidak menyangka kalau Nissa yang menutupkan wajahnya ternyata ingin menyembunyikan bekas tamparan dari mamanya. Kesalahan apa yang membuat mamanya marah besar?
Arsal menghembuskan nafasnya berat, dia mendongak setelahnya dia terkejut melihat sarang lebah tepat di atas kepalanya. Oh tidak, sekali Arsal berdiri kepalanya akan mengenai rumah sarang lebah itu. Dahan pohon di depannya sangat pendek, membuat Arsal bingung harus melakukan apa.
Dengan tubuh yang sedikit membungkuk, Arsal memundurkan langkahnya akan tetapi dia menginjak kulit pisang yang membuat dia terjatuh mengenaskan. Arsal memekik keras saking terkejutnya.
"Ahh!" Ringis Arsal saat bokongnya terjatuh mengenaskan, sakit ya sangat sakit. Dia mencoba bangun akan tetapi bokongnya itu sangat sakit saat di gerakan.
Nissa menyerngit mendengar suara ringisan di balik pohon yang tidak jauh darinya, sedikit was-was pasalnya Nissa kesini hanya seorang diri, lalu di balik pohon itu siapa? Karna penasaran Nissa menghampirinya dengan langkah pelan. Dengan sekali lagi Nissa mendengar suara ringisan tertahan, dia memutar setengah bagian pohon lalu matanya melebar melihat sosok pria sedang tertunduk sambil memegang bokongnya. Pertama melihatnya Nissa langsung tau siapa pria itu?
"Arsal," ucapnya membuat Arsal terlonjak kaget. Dia menoleh melihat Nissa yang sedang menatapnya. Buat apa Arsal ada disini? Apa Arsal membuntutinya?
"Arsal ngapain disini?" Tanya Nissa yang masih bingung melihatnya ada disini. Arsal memutar kedua matanya, Nissa maju selangkah membuat tangan Arsal merentang berharap Nissa diam tidak mendekatinya.
"Jangan kesini nanti lo kejeduk." Ucap Arsal memperingatinya. Nissa semakin bingung dengan sikapnya, kejeduk? Kejeduk apaan coba?
"Apaan sih? Orang disini gak ada tembok, mau kejeduk dimana?" Dengusnya.
"Jangan ngeyel kalau gue bilang, udah lo diem jangan berisik nanti mereka ngamuk." Ucap Arsal mengisaratkan Nissa untuk diam. Nissa berdecak sebal, ada apa dengan Arsal ini? Kenapa sikapnya jadi seperti ini.
"Mereka siapa? Siapa yang bakal ngamuk? Arsal masih waras kan? Orang disini cuman ada kita, Sal." Nissa menghiraukan ucapannya, dia maju selangkah demi selangkah tetapi saat ingin jongkok kepalanya mengenai benda keras? Apalah itu Nissa tidak tau. Arsal melotot melihatnya, dia semakin panik karna Nissa kejedot sarang lebah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...