Nissa tak henti-hentinya menangis, dia sudah merasa lelah, tapi air matanya masih ingin keluar, meluapkan rasa kesedihannya. Disamping, Qaqa dengan setianya mengusap bahunya, dia sudah lelah melihat Nissa berjam-jam menangis dan menangis, Qaqa sudah melakukan segala hal, tapi Nissa sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya. Sekarang mereka berada dirumah pohon yang Arsal berikan. Awalnya, Qaqa terkejut melihat tempat sebagus ini, inipun atas kemauan Nissa datang kesini.
Tapi saat Qaqa sudah masuk kedalam rumah pohon itu, dia langsung tau bahwa rumah pohon ini mempunyai kenangan manis dengan pacarnya. Qaqa tersenyum miris, melihat foto kemesraan mereka.
Qaqa menarik nafas panjang.
"Niss, mau sampai kapan lo nangis kaya gini? Gue cape liat lo nangis mulu."Nissa mendongak. Matanya sembab, hidungnya merah, dia menatap Qaqa dengan sendu.
"Qaqa gak ngerti perasaan Nissa!"
Qaqa menggeleng pelan,"Gue tau perasaan lo, Niss. Tapi lebih baiknya lo gak kaya gini. Nangis berjam-jam? Buangin air mata lo aja. Mending sekarang, lo coba buat telpon Arsal, mungkin aja sekarang dia udah nyampe dan bisa ngangkat telpon dari lo."
Nissa diam sejenak. Dia mengelap air matanya, lalu mengangguk.
"Qaqa bener,"
Qaqa tersenyum,"Nah kan, yaudah coba dulu."
Nissa mengangguk sambil tersenyum padanya. Lalu tangannya meraih benda pipih dan tipis itu. Matanya dengan teliti mencari kontak nomor teleponnya. Nissa tersenyum setelah membaca, Mine Nissa❤
Sambungan pertama, tersabung tapi cukup lama Nissa menunggu.
Sambungan kedua, tetap sama.
Sambungan ketiga, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.
Begitulah, panggilan laporan itu. Nissa mendesah berat, hatinya kembali sesak. Dan perlahan, kedua mata itu mulai berkaca-kaca. Qaqa yang sangat peka, langsung menarik tubuh Nissa dan dia peluk dengan kasih sayang. Langsung saja, tangisan Nissa pecah begitu saja.
Dan, nafas Qaqa menjadi memburu. Ada gejolak untuk menghajarnya, tangannya sudah gatal. Urat-urat ditangannya bermunculan. Untuk sekarang, Qaqa mencoba merendam rasa emosinya ini.
....
Mobil hitam dengan cantiknya berhenti didepan gerbang, Nissa menoleh dan mencium punggung tangan Danis.
Danis tersenyum, "Belajar yang pintar ya, Nak."
Nissa mengangguk lemah,"Iya, pa."
Lalu Nissa membuka pintu mobil, dia melambaikan tangannya kearah mobil papanya yang sudah menancap gasnya. Nissa menghembuskan nafasnya kasar, wajahnya nampak kusut tidak seperti biasanya yang nampak berseri-seri. Terdapat lingkaran hitam dimatanya, sungguh hari ini, Nissa tidak bersemangat sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...