Nissa menyeringat melihat tiga koper besar di depan rumahnya. Dia masuk langsung melihat mama dan papanya yang sudah rapih dengan pakaian formalnya. Pandangan mereka terjatuh pada anaknya, Danis menghampiri Nissa dengan senyuman tipisnya.
"Niss, mama sama papa pergi dulu ke toronto. Ada pekerjaan yang harus kita kerjakan sayang, papa harap kamu baik-baik saja dirumah. Kurang lebih kita di toronto dua bulan." ucap Danis mengelus puncak rambutnya.
"Dua bulan?" beo Nissa tercengang. Papa mengangguk pelan, Nissa mundur selangkah. Dia menatap mama dan papanya secara bergantian.
"Tapi, pa sabtu nanti waktunya mengecek kondisi tubuh Nissa. Apa papa melupakan itu? Nissa mohon nanti aja papa pergi ke toronto." pinta Nissa menatap papanya tidak percaya.
"Gak bisa Niss, papa sama mama sibuk. Lebih baik kamu mengecek kondisimu sama Mbak Yuni. Papa gak bisa batalin rekan kerja papa begitu saja, sama saja papa akan menyia-nyiakan uang karna menolak ajakan rekan kerja papa." selaknya dengan alis yang berkerut.
Kemarahan Nissa tidak bisa dikendalikan, apa-apaan ini mereka mementingkan uang dibanding anaknya sendiri!! Kedua tangannya menggepal kuat.
"Aku ini anak papa atau Mbak Yuni!! Kenapa papa mementingkan uang dibanding Nissa! Dimata kalian Nissa ini anak kalian gak sih?! Lebih baik Nissa tidak terlahir di keluarga ini, Nissa nyesel punya papa sama mama seperti kalian yang tidak memperdulikan anaknya!!"
Plak
Nissa tersungkur ke belakang sampai dia terjatuh dengan memegang pipi sebelah kanannya. Dia memejamkan matanya menahan rasa sakit di pipinya maupun batinnya. Perih, ya Nissa merasakan itu lagi. Nissa beringsut ketakutan saat papanya menatapnya tajam. Danis menatap tangannya dengan nanar, tangannya sehabis menampar anaknya menjadi bergetar. Sungguh tindakannya tadi hanya reflek.
Danis mendesah berat, dia mencoba mendekatinya tetapi tangan Nissa merentang ke depan meminta papanya untuk tidak mendekatinya. Nissa menggelengkan kepalanya, Refa hanya mampu diam. Tubuhnya seakan kaku melihat anaknya tersungkur ke belakang. Baru tadi pagi Nissa mendapatkan tamparan darinya dan saat ini Danis yang tak lain adalah papanya.
"Jaga ucapan kamu Nissa! Siapa yang mengajarkan kamu melawan sama papa, ucapan kamu itu sangat kurang ajar!!" ucap Danis menghembuskan nafasnya berat.
"Silahkan kalian pergi jangan memperdulikan Nissa lagi. Maaf Nissa kurang ajar sama papa." ucap Nissa datar. Dengan langkah gontai dia berjalan menuju kamarnya. Hatinya sesak! Mengingat tindakan papanya terhadapnya. Dalam sehari Nissa mendapatkan tamparan dari mama dan papa, lengkap sudah penderitaannya.
Sesampai di kamar, Nissa mengacak barang-barangnya yang sudah tersusun rapih. Dia berteriak dan menjerit meluapkan rasa kekesalannya. Kamarnya yang tadinya rapih dan bersih kini berantakan dimana-mana, Nissa membutuhkan seseorang saat ini. Dia merindukan sosok pria yang selama lima tahun tidak bertemu. Nissa merindukan cara dia menatapnya, memarahinya karna tingkah konyolnya, dan pelukannya, Nissa benar-benar merindukannya saat ini.
Sosok pria itu sangat pintar mengembalikan moodnya yang hancur menjadi ceria lagi. Kapan sosok pria itu pulang dan melihat Nissa yang sedang terpuruk? Sudah lima tahun ini Nissa menantikan dia pulang.
Suara ketukan pintu membuat kedua matanya teralih pada benda datar itu. Nissa paham siapa yang melakukan itu, Danis ya dia yang mengetuk pintu kamar Nissa dengan kencang.
"Niss buka pintunya, maafin papa tapi papa harus pergi. Papa mohon kamu jangan mengurung diri seperti ini, penyakit kamu nanti bakal kambuh lagi. Niss, papa mohon buka pintunya." ucapnya dari luar. Nissa memejamkan matanya tidak mampu mendengar suara lirihan dari papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...