Saat pertama memasuki rumahnya, dia mendengar suara teriakan yang membuat Nissa terkejut. Dengan langkah pelan, Nissa mendekati asal suara itu.
"Papa macam apa kamu ini, Dan!! Kamu selalu menghabiskan waktu mu hanya dengan bekerja. Apa kamu tidak merasa kasihan pada Nissa anak kita?!! Di masa-masa saat ini, Nissa harus mendapatkan perhatian dari kita, apa kamu melupakan penyakit dia saat kecil, hah?! Dimana hati kamu?!" teriak Refa- mamanya. Nissa memejamkan matanya, selalu seperti ini saat mereka berdua ada di rumah. Tidak jauh dari pertengkaran.
"Kamu juga tidak ada bedanya sama aku, Ref. Kamu selalu mementingkan dunia modeling kamu itu!! Ya, mungkin kamu selalu pulang dan merawat Nissa hanya sebentar, tapi adanya kamu bolak-balik pulang membuat Nissa merasa sedih!! Apalagi saat ini kamu membutuhkan seseorang untuk menggantikkan Laras yang cuti selama sebulan, dan kamu dengan teganya membawa Nissa ke dunia modelingmu itu." bentak Danis tak kalah kerasnya. Sungguh pemandangan di hadapannya ini membuat hati Nissa seperti di sayat. Tidak bisakah mereka sehari tidak bertengkar? Apalagi pertengkaran mereka sama dengan prihal yang selalu di bahas. Tubuhnya melemas, Nissa tidak bisa menompang tubuhnya sendiri. Dengan tidak sengaja Nissa menyenggol fas bunga milik mamanya - Refa.
Pranggg...
Pertengkaran mereka pun berhenti, mereka menoleh menatap asal suara itu. Dan mereka terkejut melihat Nissa yang sudah tergeletak di bawah tidak sadarkan diri. Segera Danis dan Refa menghampiri anaknya ini, terlihat di kedua raut wajahnya mereka sangat mencemaskan anaknya ini.
"Sayang, kamu kenapa? Sadarlah jangan bikin mama takut." ucap Refa yang sudah menangis. Danis segera menggendong anaknya bridal style. Dengan cepat Danis membawa Nissa ke kamarnya.
Refa yang kalut menelpon dokter pribadinya. Ini lah yang mereka takutkan dari Nissa, saat kecil Nissa sudah diberi penyakit yang sampai sekarang pun belum sembuh. Mungkin tidak berat penyakitnya akan tetapi penyakit ini membuat Nissa menderita setiap harinya. Simple, Nissa tidak boleh kelelahan. Fisik Nissa sangat lemah, itu yang membuat tubuh Nissa ambruk setiap saat. Dan saat pertama di periksa penyakit ini adalah penyakit keturunan.
.....
Dengan pakaian yang basah, Arsal memasuki rumahnya. Keadaanya sangat berantakan, terlihat wajahnya sangat kelelahan. Dia segera ingin menaiki lantai dua yang dimana kamarnya terletak. Saat baru satu langkah menaiki anak tangga, ada suara yang memberhentikan langkahnya.
"Arsal dari mana aja kamu?!" ucapnya yang begitu lembut membuat Arsal tau siapa orangnya, Arsal memutar tubuhnya ke belakang mendapati mamanya. Shafaa mendekati anaknya, lalu menyerngit bingung dengan pakaiannya yang basah.
"Baju kamu kok basah?" tanya Shafaa heran.
"Tadi hujan-hujanan."
Shafaa menggeleng,"Nanti kalau kamu sakit gimana?"
"Aku sakit gak sendirian, ma. Kan ada Nissa." Arsal segera mengatup bibirnya rapat. Dia benar-benar keceplosan, Shafaa memincingkan kedua matanya, merasa curiga apa yang dikatakan oleh anaknya.
"Nissa siapa? Hayo kamu jalan sama siapa? Kok pacaran gak bilang-bilang mama sih, mama kan pengen tau Nissa itu seperti apa? Pokoknya kamu bawa Nissa kesini, mama ingin bertemu sama dia." ucap Shafaa bertubi-tubi. Arsal melongo mendengar ucapannya.
"Mama kenapa sih? Siapa juga yang pacaran, ngasal aja kalau ngomong." dengus Arsal.
Shafaa menggaruk tengkukannya yang tidak gatal,"Tapi Arsya bilang saat kamu pulang tadi, kamu sama cewek. Apa cewek itu Nissa? Kata Arsya juga kalian pacaran. "
Arsal berdesis tertahan, semua ini kesalahan Arsya. Bisa kan sehari aja Arsya gak menganggu dirinya?! Arsal memejamkan matanya sesaat.
"Semua itu bohong, Arsal gak pacaran sama siapa pun. Omongan orang tengil di dengerin sih, ma. Ya, emang bener Arsal pulang sama cewek tapi cewek itu bukan siapa-siapa Arsal." setelahnya Arsal melenggang pergi meninggalkan Shafaa yang tidak bisa berucap sama sekali.
"Arsal.. Orang tengil itu kakak mu sayang. Jangan seperti itu." teriak Shafaa menggelegar.
....
Nissa keluar dari kamarnya dengan wajah yang sangat pucat, dia berjalan menuju ruang makan yang sudah terdapat mama dan papanya disana. Suara derap langkah membuat Danis dan Refa pun segera menoleh menatap asal suara tersebut. Tanpa ekspresi apapun Nissa duduk dengan pandangan kosong.
"Sayang, lebih baik kamu tidak sekolah dulu. Kondisi kamu tidak memungkinkan." ucap Danis, terlihat jelas dirinya sedang di landa kekhawatiran. Nissa melirik kearah papanya sekilas,"Nissa nggak papa." jawabnya serak.
Refa menggeleng,"Kamu bisa mengatakan nggak papa, tapi wajahmu tidak, sayang. Demi kita hari ini di rumah aja, lagian untuk sekarang kami di rumah."
Nissa tersenyum kecut mendengar ucapan mamanya di bagian terakhir. Hatinya sangat sesak mendengarnya, apa mereka membutuhkan Nissa hanya maunya saja? Kenapa di saat kondisi fisik Nissa melemah, mereka selalu ada di sisi Nissa?!. Dimana mereka saat kondisi fisik Nissa membaik?!
"Ya, untuk sekarang kalian disini. Besok-besok? Mungkin aja tidak." ucap Nissa begitu saja, membuat Danis dan Refa langsung bungkam."Nissa berangkat dulu ma, pa. Assalamualaikum."
Setelahnya Nissa pun keluar dari rumahnya, di luar sudah ada supir pribadinya yang selalu mengantar jemput Nissa setiap hari. Pak Toji membuka pintu mobil untuknya, Nissa tersenyum tipis padanya.
Lalu pak Toji pun menaiki mobilnya, di sepanjang jalan Nissa mati-matian untuk tidak menangis, ucapan mamanya tadi membuat Nissa terluka batin. Dia menggigit bibir bawahnya, menahan isakkannya yang hampir saja lolos. Mobil pun sudah memasuki area sekolahnya, Nissa segera turun itu pun dibantu pak Toji.
"Neng, serius bakal sekolah? Wajahnya pucat begitu loh, apa mau pulang aja?" ucap Pak Toji, Nissa menggeleng pelan,"Gak, Nissa mau sekolah aja."
Pak Toji mengangguk pasrah, dengan langkah pelan Nissa berjalan menuju kelasnya. Saat pertigaan antara lapangan basket dan kantin, Nissa melihat pria yang dia cintai sedang berjalan kearah kantin. Ingin sekali Nissa teriak memanggilnya, tapi fisiknya kali ini tidak mendukung. Nissa urungkan niatnya, dia menghembuskan nafasnya berat.
"Astagaaaa, Nissa muka lo kenapa?" teriak seseorang membuat Nissa meringis. Nissa menoleh menatap temannya yang kini sedang berlari kearahnya."Yaampun, apa yang terjadi sama lo, Niss? Muka lo pucat banget?" hebohnya.
Arsal yang lagi berjalan pun tidak sengaja mendengar suara entah siapa yang membuat dia meringis, dan dia sedikit penasaran pasalnya dia berteriak membawa nama yang selama ini mengusik kehidupannya. Segera Arsal menoleh menatapnya.
"Nissa jawab jangan diem aja." gregetnya.
"Gimana Nissa pengen jawab, suara Dara buat kuping Nissa sakit." ringis Nissa menutup kedua kupingnya. Orang yang bernama Dara pun menyengir kala mendengar jawaban darinya.
"Hehe, sorry Niss. Abis gue khawatir banget sama lo tau gak!?" Nissa tersenyum padanya, masih ada Dara yang selalu ada di sisinya. Mama dan papa? Entahlah mungkin mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Dari kejauhan Arsal menyerngit, walaupun Arsal tidak bisa mendengar ucapan Nissa, Arsal masih bisa mendengar ucapan cewek yang berteriak itu. Arsal bingung ada apa dengan wajah Nissa itu? Kenapa terlihat sangat pucat? Kini Arsal masih melihat gerak-geriknya.
"Nissa nggak papa kok, cuman kecapean doang. Dara jangan khawatir gitu dong." ucap Nissa disertai kekehan. Dara menggelengkan kepalanya,"Yaudah, lebih baik kita ke kelas aja."
Nissa mengangguk seraya melangkahkan kakinya. Nissa dan Dara pun berjalan beriringan, Nissa melihat Arsal yang kini sedang menatapnya. Nissa mencoba tersenyum padanya, akan tetapi Arsal sudah terlebih dahulu pergi membuat Nissa tersenyum getir.
Mau sampai kapan Nissa berjuang terus-menerus? Jujur ada sedikit perasaan lelah dilubuk hati Nissa, tapi rasa cinta dan sayang Nissa mengalahkan rasa lelah ini. Always love you.
Tbc
Maaf saya baru update lagi😌
Oh ya saya mau menyampaikan bagi kalian yang mempunyai instagram Follow akun kami yaa💕
@arsalrean
@danissarefallia_
@vannieavrii_
Ok guys Follow yaa, suatu saat nanti kalian bisa tau info dari akun mereka loh😂
Sekian, terima kasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...