Nissa memandang makanan didepannya tanpa ada rasa tergiurnya. Padahal makanan yang tersaji di mejanya sangat lezat dan disukai oleh orang-orang sekitarnya, tepatnya makanan favorit di restaurant ini. Sedangkan Juan, dia malah asik dengan dunianya. Dia melahap dengan nikmat tanpa memperdulikan Nissa yang menatapnya penuh kekesalan.
"Kak Juan, Nissa mau pulang!" seru Nissa, yang memberhentikan acara kunyahannya. Juan beralih menatap Nissa, dia mendengus keras, sudah beberapa kali dia menanyakan kalimat itu.
"Makan nanti pulang." jawab Juan santai dan melanjutkan acara makannya. Nissa mendelik dan melipatkan tangannya didada dengan perasaan kesal yang membuncah.
"Tapi Nissa gak nafsu."
Dengan sekali lagi, Juan mendengus terhadapnya.
"Nafsuin aja, makanan ini makanan ter-favorit di restaurant ini. Harusnya lo bersyukur gue ajak makan, gue tau perut lo udah demo dari tadi."
Nissa mencebikkan bibirnya. Juan terkekeh tanpa sadar melihatnya yang nampak kesal. Dia memang sengaja membuatnya kesal, dan itu menyenangkan. Melihat wajahnya saat kesal, bagi Juan itu adalah hiburannya.
Nissa mengalihkannya dengan memainkan ponselnya. Dia benar-benar kesal dengan pria dihadapannya. Nissa ingin bilang pada Qaqa, bahwa dia telah dipaksa dengannya. Tapi hatinya berkata tidak, hatinya bilang, dia tidak ingin merepotkan Qaqa dan membuatnya khawatir.
Juan yang merasa terabaikan, merampas ponselnya dan dia taruh disaku celananya. Nissa yang sedang asik membaca grup chatnya, tiba-tiba terkejut karna Juan merampas ponselnya. Nissa melotot dan mengulurkan tangannya, berniat meminta kembali ponselnya.
"Balikin handphone Nissa!"
"Nggak!"
"Kak Juan ih! Balikin!" Nissa berseru sangat keras, wajahnya kian memerah membuat Juan terhibur melihatnya.
"Nggak. Gue gak suka kalau lo sibuk sendiri tanpa peduli gue disini."
Nissa menarik nafas sedalam-dalamnya.
"Yaudah, siniin handphone Nissa.""Nggak."
"Kak Juan ih!!"
"Nanti gue balikin, kalau udah balik."
Rasanya, Nissa ingin melempar wajahnya dengan gelas dihadapannya ini. Wajahnya yang kelewat santai itu, membuat Nissa kesal sekaligus marah.
"Serah!!" ketus Nissa memalingkan wajahnya yang terlihat memerah, menahan emosinya. Juan lagi, terkekeh melihat itu.
"Okay." Juan tersenyum menatap Nissa yang tidak menoleh menatapnya.
....
"Mana handphone Nissa." pinta Nissa. Sesuai janjinya, Juan akan mengembalikan ponselnya saat mereka sudah pulang. Dan sekarang mereka sudah ada didepan gerbang rumah Nissa.
Juan mengasihnya, Nissa mengambilnya dengan cepat. Lalu Nissa segera membuka pintu mobil, tapi pintunya itu tidak ingin terbuka. Nissa sekali lagi membukanya, tapi tetap sama, pintu itu tidak ingin terbuka. Nissa menoleh kembali menatap Juan yang nampak santai melihatnya.
"Apa?"
"Jangan dikunci pintunya ih! Ngeselin banget si." Nissa yang sudah kelewat kesal langsung meninju lengan Juan dengan keras. Juan terkejut dan mengaduh kesakitan.
"Rasain!" kata Nissa menatapnya garang.
Juan menetralkan nafasnya. Dia menegakkan tubuhnya, lalu membuka sabuk pengamannya dan mencondongkan tubuhnya didepan wajahnya. Nissa melotot karna tingkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...