12 Maret 2019, 11.43 WIB.
Aziz tersenyum lebar saat dekorasi pernikahan anaknya sudah selesai dengan sempurna. Ia berjalan melihat sekitarnya, dan benar-benar sesuai dengan keinginannya.
Aziz berjalan menghampiri istrinya yang nampak sibuk dengan pot bunga itu. Senyumannya tidak pudar saat memandang bunga tersebut. Saat tiba, Aziz memeluk Shafaa dari belakang, menompangkan dagunya di bahu miliknya.
"Wangi," gumam Aziz mengendus aroma Shafaa yang memabukkan. Ia semakin mempererat pelukannya, membuat Shafaa senyum-senyum sendiri.
"Jangan kaya gini, ahh. Gak enak sampai ada yang lihat," tegur Shafaa lembut. Aziz mengendur tangannya yang memeluk pinggangnya, ia memutar tubuh Shafaa agar berhadapan dengannya.
"Sebentar lagi kita bakal jadi Nenek Kakek," kata Aziz menatap Shafaa dengan lembut. Shafaa tersenyum, dan memegang wajah Aziz, dan sedikit ia elus membuatnya memejamkan matanya saat kulitnya di elus dengan lembut oleh tangannya.
"Iya, dan aku gak sabar di panggil Nenek sama cucu-cucu kita nanti," balas Shafaa terkekeh renyah, terlihat di bola matanya bahwa ia begitu bahagia.
Aziz memajukan wajahnya dan mencium keningnya lama. Lalu ia tersenyum lembut, dan berkata,"Yuk kita pulang,"
Shafaa mengangguk. Setelahnya Aziz menggengam tangannya dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh darinya. Tidak membutuhkan waktu lama, Aziz dan Shafaa tiba di rumahnya.
Keduanya melangkah dengan santai. Tujuannya saat ini ke kamar anaknya. Tanpa mengetuk, Aziz membuka pintunya yang mendapati sosok anaknya sedang mengaca dengan tangannya memegang jas hitam. Apalagi senyuman anaknya itu nampak lebar, membuat Aziz dan Shafaa tertular untuk ikut tersenyum.
Aziz berdehem,"Ehem," matanya tak lepas dari setiap pergerakkan anaknya. Ia terkekeh geli melihat anaknya itu.
Merasa ada orang, Arsal menoleh ke belakang melihat Papa dan Mamanya yang sedang melempar senyumnya. Tentunya kehadiran mereka membuat Arsal kaget. Buru-buru Arsal menaruh kembali jas hitam itu di dalam lemarinya. Arsal menyengir setelahnya sambil menatap mereka.
"Eh, Mama Papa,"
Aziz maupun Shafaa berjalan mendekati anaknya. Mereka tertawa pelan saat melihat tingkah anaknya. Shafaa mencubit gemas pipinya, membuatnya mengaduh.
"Ish! Gemesin banget si anak Mama," kata Shafaa gemas.
Arsal menyengir, "Siapa dulu dong," Arsal dengan bangganya mengatakan itu.
Aziz tersenyum dan menggeleng-geleng.
"Ada apa Ma Pa. Tumben ke kamar aku," tanya Arsal kemudian.
"Nggak papa, sih. Cuma mau liat kamu aja," balas Shafaa tersenyum.
Arsal mengangguk,"Semuanya udah beres, Ma Pa?"
"Iya. Dekorasi dari setiap sisi gedung itu udah selesai semua. Cuma nunggu besok aja," sahut Aziz mengerling matanya, menatap jahil pada anaknya.
Arsal melengos, tidak ingin melihat wajah Aziz yang sedang menggodanya. Dan jujur saja, Arsal merasa salah tingkah sendiri.
Aziz menepuk-nepuk bahu anaknya pelan. Sebuah senyuman lembut terlihat di wajahnya, membuat Arsal yang melihatnya merasa hangat. Senyuman kebahagiaan dari Sang Ayah.
"Doa Papa selalu menyertai kalian. Papa harap kalian selalu bahagia, mencontohkan segala hal baik dengan cucu Papa, kelak. Jadilah suami yang berguna untuk Nissa, jangan sampai kamu bikin Nissa kecewa. Selalu berpikir panjang sebelum menindak sesuatu, jangan gegabah untuk mengambil keputusan yang kalian ambil." jeda Aziz menarik nafasnya dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...