Hembusan angin sore begitu kencang. Awan yang berubah menjadi jingga, di sertai kicauan burung yang bertebrangan. Di balkon itu, Arsal berdiri memandang gedung - gedung di sebrangnya yang menjulang tinggi. Jalanan Jakarta pada sore ini begitu padat, banyak asap kendaraan yang telah bertebrangan ke udara.
Arsal mengacak rambutnya frustasi. Ia mendesah berat, sambil menunduk.
"Gue gak bisa nahan ini terlalu lama lagi.."
Arsal berjalan menuju kamarnya dan mengemasi baju - bajunya. Dengan gesit, barangnya sudah tersusun rapih di dalam kopernya.
"Sal.. Lo mau minggat kemana?" Rehan menyerngit melihat Arsal memakai jaket army. Arsal menoleh seraya menggeret kopernya.
Arsal menepuk-nepuk bahu Rehan,"Gue mau balik, bro. Makasih atas tumpangannya. Kalau mau ke rumah, ke rumah aja."
"Yaelah, Sal. Baru aja gue pengen ngajak lo main basket. Yaudah deh.. Hati-hati ya. Salamin buat nyokap bokap lo." Rehan tersenyum tipis.
Arsal mengangguk."Iya, nanti gue salamin. Gue cabut dulu, kapan - kapan gue maen lagi kesini. Don't worry, Man."
Rehan mengangguk,"Nih, lo bawa mobil gue." Rehan menyodorkan kunci mobilnya.
"Nggak usah, Han. Gue bisa naik taksi." tolak Arsal menggeleng.
Rehan berdecak, lalu mengamit sebelah tangannya mengasih kunci mobilnya. "Udah nggak papa, hitung - hitung ini balasan dari gue. Selama ini lo selalu bantu gue, Sal."
Arsal menerimanya."Yaudah. Makasih ya."
Rehan mengangguk. Lalu mengantar Arsal sampai pintu. Sebenernya Rehan sedikit gak rela, Arsal pergi dari Apartmantnya sore ini. Apartmant yang biasanya berisik, sekarang menjadi hening layaknya kuburan.
Rehan menghembuskan nafasnya, melihat punggungnya semakin menjauh, ia langsung menutup kembali pintunya.
Di sepanjang perjalanan, entah kenapa Arsal begitu senang. Dan Arsal pun sudah mengasih tau pada Aziz dan Shafaa kalau sore ini, ia akan pulang. Aziz dan Shafaa pun senangnya tak main, saat anaknya pulang.
Setelah menempuh selama kurang lebih 30 menit, akhirnya mobil ini telah memasuki pangkaran rumah Fernando. Satpam di rumahnya pun dengan senang hati membuka gerbangnya saat melihat anak majikannya telah pulang.
Arsal membuka pintu mobilnya, lalu berjalan menuju garasi untuk mengambil kopernya. Lalu ia mulai berjalan masuk kedalam rumahnya, pintu rumahnya entah kenapa terbuka lebar. Arsal langsung nyelonong masuk, dan langsung disambut oleh suara bising dari dalam rumahnya.
"Ma.. Pa.. Arsal pulanggggggg." seru Arsal saat tiba di ruang tengah. Terkejut, ya Arsal terkejut saat melihat wanita tua sedang duduk dan tersenyum hangat padanya.
"Omma Bell..." gumamnya pelan. Arsal langsung berlari kearahnya dan menghambur ke pelukannya. Arsal memejamkan matanya, dan menghirup aroma khas nenek - nenek.
"Cucu Omma udah besar yaa.." ucapnya mengelus lembut punggung Arsal. Arsal mengurai dekapannya lalu menggenggam tangannya.
"Omma kapan kesini? Dimana Oppa??" tanya Arsal.
"Omma baru kemarin ada disini. Oppa kamu gak ikut. Akhir - akhir ini Oppa kamu kurang sehat. Dan dia maksa Omma kesini tanpa dia."
Arsal terkekeh melihatnya yang memanyunkan bibirnya.
"Udah dong, jangan manyun. Omma keliatan jelek tau." kekeh Arsal. Bella tertawa mendengar ucapan cucunya. Kalau di lihat - lihat, Arsal begitu mirip dengan anaknya dulu. Saat masa muda Aziz seperti Arsal, apalagi cara Arsal tersenyum mengingatkan saat Aziz di masa remajanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...