Nissa berjalan di koridor dengan langkah pelan, angin yang sepoi-sepoi membuat rambutnya yang terurai bertebrangan. Wajahnya tidak seperti biasanya, bibir itu terlihat pucat dan kedua matanya yang begitu sayu. Nissa terhuyung ke belakang karna ada gerombolan pria yang tidak sengaja menabraknya, Nissa meringis kepalanya dengan seketika berdenyut-denyut. Gerombolan pria itu hanya melirik kearahnya, setelah itu mereka berjalan meninggalkan Nissa yang menahan mati-matian untuk tidak pingsan saat itu juga. Nissa menarik nafasnya dalam, setelahnya dia hembuskan secara perlahan.
Dengan tubuh yang bergetar, Nissa mencoba mendirikan tubuhnya. Kedua tangannya memegang kepalanya merasakan pusing yang begitu dasyat. Nissa melangkahkan kakinya demi selangkah, kini rasa pusingnya kembali menambah. Nissa menggelengkan kepalanya pelan.
Perlahan kedua matanya memburam, seketika tubuhnya berputar dan siap akan terjatuh.
"Eh, lo kenapa?" ucapnya memegang tubuh Nissa agar tidak terjatuh, dia menepuk pipi Nissa pelan. Nissa yang sedikit sadar mencoba membuka kedua matanya, bayangan seorang pria yang pertama Nissa lihat, tetapi wajahnya memburam dan Nissa tidak bisa mengetahui orang tersebut.
"Niss, sadar." ucapnya lagi, kini Nissa tau siapa yang mencoba menyadarkannya, Nissa hapal betul suara itu, dia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, dan bergumam."Arsal."
"Iya ini gue, sadar Niss." ucap Arsal masih menepuk-nepuk pipinya pelan. Dalam keadaan setengah sadar, Nissa masih menyempatkan mengukir senyuman di bibirnya. Nissa merasa dirinya seperti film-film romantis, yang dimana sang wanita itu tidak sadarkan diri dan sang pria berusaha menyadarkannya.
"Heh!! Ngapain senyum-senyum gitu, sadar Niss." Arsal mengguncangkan tubuhnya, seketika Nissa mengerjap-ngerjapkan matanya lalu dia berdesis karna rasa pusingnya kembali menyerangnya.
"Nissa pusing, Nissa gak kuat." lirihnya setelahnya dia tidak sadarkan diri. Kedua mata Arsal melebar, dia mengguncangkan tubuhnya berharap Nissa kembali tersadar.
"Niss, bangun. Gak usah nyusahin!! Heh, bangun." Arsal menyerngit bingung harus melakukan apa lagi, apa lagi keadaan sekolah ini sudah sepi. Arsal bingung harus membawa Nissa kemana, dirinya pun tidak tau rumah Nissa dimana. Mau tak mau Arsal menggendongnya bridal style.
Nyusahin banget sih, batin Arsal menggerutu.
Untung hari ini Arsal membawa mobil, coba kalau dia membawa Skateboard? Entah gimana Arsal membawa Nissa. Arsal segera menidurkan Nissa dijok belakang, Arsal segera berlari kecil mengitari setengah mobilnya. Mobil yang bercat hitam itu dengan pelan berlaju, Arsal meremas kemudinya bingung harus membawa Nissa kemana? Matanya melirik kearah spion, wajahnya sangat damai saat kedua mata itu tertutup.
"Masa gue bawa pulang sih?!" gumamnya. Arsal menghembuskan nafasnya berat, dia memutarkan mobilnya kearah jalan pulangnya. Bener-bener sial hari ini.
....
Mobil yang dikendarai oleh Arsal pun mulai memasuki ke kediaman rumahnya. Dia melihat ada mobil papanya, yang berarti papanya ada di rumah. Arsal mematikan mesin mobil tersebut, dia diam seketika. Gimana kalau mama dan papanya bertanya? Apa yang harus Arsal lakukan, seumur hidup baru kali ini Arsal membawa seorang wanita ke rumahnya. Arsal mengacak rambutnya frustasi. Dia membuka pintu mobilnya, dan mulai menggendong Nissa bridal style.
"Ma.. Mama." teriaknya. Shafaa yang berada di dapur pun berlari ke sumber suara itu, dan dia terkejut melihat anaknya sedang menggendong seorang.... Wanita?
"Yaampun, siapa dia? Kenapa bisa seperti itu?" ucap Shafaa heboh. Arsal berdecak,"Entar Arsal ceritain mending mama suruh papa panggilin dokter kesini." ucap Arsal cepat, Shafaa mematung baru kali ini dia melihat anaknya segitu paniknya. Dengan cepat Shafaa menuju ruang kerja suaminya- Aziz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...