"Dia gak bilang apa-apa." Arsya mendesah, kecewa sambil memijit pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut.
Nissa menyerngit, dengan debaran kencang dijantungnya.
"Maksudnya?"
"Dia pergi begitu aja."
....
Nissa tertegun mendengarnya, dia memegang dadanya yang berdebar begitu kencang.
"Arsya serius? Dia beneran gak pamit?" Nissa berujar dengan ekspresi terkejut. Pria yang berdarah spanyol-indo, itu menatap cewek dihadapannya dengan iba. Arsya pun merasakan apa yang dirasakan dengannya.
"Jangankan ke gue, ke papa sama mama juga, Arsal gak pamit sama sekali. Kita semua belum tau kenapa Arsal pergi begitu mendadak. Dia cuma ninggalin notenya kalau dia pergi sekarang. Udah gitu aja," jelasnya mengingat kejadian kemarin, membuat Arsya mendesah berat.
"Gue tau apa yang lo rasain Niss. Sekarang lo jangan mikir yang nggak-nggak dulu, gue yakin dibalik Arsal ngelakuin itu pasti ada alesannya. Dan tipikal si Arsal, dia gak pernah berbagi cerita atau masalahnya sendiri. Sebelum kita, mendesak dia buat cerita." tutur Arsya tersenyum tipis.
Nissa mengangguk samar. Walaupun dihatinya tergores, karna rasa kekecewaannya ini.
Nissa menarik nafasnya.
"Tapi Arsya tau kemana Arsal pergi?" tanya Nissa, berharap Arsya tau dimana Arsal berada.
Respon Arsya membuat Nissa kecewa. Dia menggeleng lemah sambil tetap menatap Nissa.
"Dia cuma bilang bakal wujud-tin impiannya, dia gak bilang bakal kemana dia pergi."
Nissa lagi-lagi, menahan air matanya agar tidak jatuh begitu saja. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan kembaran kekasihnya.
Arsya yang sudah menganggap Nissa adalah adik perempuannya, menggengam tangannya sambil menatapnya penuh keyakinan.
"Tapi dia sempet, bilang ke gue, buat selalu jagain lo kalau dia lagi nggak ada. Dia berpesan, memperlakukan lo kaya gue memperlakukan perhatian gue ke Irene. Dia bilang, kalau lo itu kelemahan dia, dia sayang banget sama lo, Niss."
Nissa menahan nafas mendengarnya, dia begitu menyimak dengan apa yang dia katakan.
"Dan lo harus tau, kalau lo itu cinta pertamanya dia. Dia pernah sebatas suka pas waktu SMP, tapi rasa suka sama cinta itu beda jauh. Cuma lo yang Arsal cintain sampai kapanpun. Lo tau sendiri Arsal gimana, dia lebih dingin daripada gue, gue aja yang kembarannya gak suka sama sikap dingin dia. Apalagi lo, yang dulunya selalu ngejar dia. Tapi, lo berhasil buat Arsal luluh sama sikap lo, Niss."
Arsya terkekeh membicarakan itu, tapi tak lama raut wajahnya berubah murung. Dia rindu dengannya, tanpa adanya dia, suasana rumah tidak seramai dulu. Sepi, iya kata itu yang Arsya rasakan dari kemarin.
Nissa bener-bener terkejut mendengarnya, benarkah dirinya cinta pertamanya? Ada rasa bahagia direlung hatinya. Apa yang dikatakan Arsya, membuat Nissa sedikit demi sedikit tidak galau-galauan lagi, sekarang dia begitu senang, mendengar fakta bahwa Arsal begitu mencintainya.
....
Nissa menjatuhkan tubuhnya ke kasur king sizenya, matanya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru langit. Bibirnya berbentuk sebuah senyuman manis sedari tadi, lalu dia memiringkan kepalanya dan melihat boneka panda yang Arsal berikan tersimpan ditengah-tengah kasurnya. Nissa meraihnya lalu dia peluk se-erat mungkin sembari memejamkan matanya.
Terbayang saat Arsal dan Nissa diotaknya, memori itu berputar membuat Nissa tersenyum sembari membayangkannya. Nissa merindukan senyumannya, tawanya, sikapnya, Nissa benar-benar merindukannya. Nissa yang gemas, mengacak rambutnya sendiri sambil berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...