Marah dan kecewa yang mendominikasikan perasaannya saat ini. Arsal menambah kecepatan mobilnya. Rahangnya mengeras dengan gigi yang bergemelatuk. Kedua tangannya meremas stang mobil dengan keras. Arsal mengacak rambutnya kasar, urat - urat di tangannya bermunculan karna tidak bisa mengontrol emosinya sendiri.
"Shit!!"
Sebelah tangannya meraba - raba kantung celananya untuk mencari benda pipih nan tipis itu. Rasa kesal semakin meningkat karna tidak menemukan benda itu.
"ANJING, MANA HANDPHONE GUE!!" Arsal berteriak singkat. Rasa panas telah menjalar ke kepalanya. Rasanya kepala ini serasa akan meledak, begitu panas.
Arsal mencoba mencari ponselnya. Saat menunduk, ia melihat ponselnya yang terjatuh ke bawah. Dengan hati - hati, Sebelah tangannya meraba - raba kebawah dengan pandangan lurus kedepan. Saat benda itu sudah ia pegang, Arsal langsung menyalakan ponselnya.
Dan betapa terkejutnya saat 30 panggilan tak terjawab, dan itu dari Qaqa dan Ilham. Satu lagi, ada satu pesan yang membuat Arsal menyerngit. Nomer yang asing, membuat Arsal penasaran setengah mati. Apalagi pesan ini terkirim dari kemarin, tepatnya saat Arsal baru saja pulang. Memang dari kemarin Arsal belum mengecek ponselnya sendiri, dari kemarin juga Arsal di sibukkan dengan pertanyaan Ommanya.
Saat Arsal memencet notifikasinya, Arsal terkejut bukan main. Dadanya bergemuruh saat melihat foto itu. Percikan kemarahannya sangat jelas di manik matanya. Rasanya kini bukan Arsal seperti biasa, sekarang sisi lain dari Arsal telah muncul. Sifatnya yang jarang ia keluarkan.
Arsal membelokkan setir mobilnya, masuk ke dalam perumahan elit. Arsal semakin menambah lajuannya, tidak peduli di luar banyak yang protes. Karna hanya satu pikiran yang telah menguasai dirinya. Decitan mobil terdengar nyaring saat Arsal mengerem dadakan tepat di depan gerbang rumahnya. Dengan cepat, Arsal turun dan berlari.
Gerbangnya terkunci rapat. Dan rumahnya begitu sepi. Tidak ada penghuni di dalamnya membuat Arsal merasakan cemas yang luar biasa.
"NISSA KELUAR!!" Arsal teriak sekian kalinya, tapi tidak ada respon sedikit pun. Arsal menendang gerbangnya dengan keras, sambil berteriak kesal.
"Bangsat!! Gue gak akan biarin lo hidup, JUAN!!" Arsal berseru begitu lantang, kedua matanya begitu nyalang. Ia memejamkan matanya sebentar.
"Nak, kamu cari orang yang tinggal disini, ya?" Arsal menoleh kebelakang, melihatnya yang sedang tersenyum. Arsal menghela nafas, ia mencoba merendamkan emosinya.
"Iya, Bu. Kira - kira kemana, ya?"
"Tadi pagi Bu Refa sama suaminya beserta anak - anaknya pergi dari sini. Ibu gak tau mereka pergi kemana, tapi mereka bawa koper banyak. Kayanya pergi ke luar Negri deh... Oh iya! Satu lagi, ada satu cowok yang ikut sama mereka. Kayanya cowok itu seumuran sama kamu..."
Kedua tangannya menggepal kuat setelah dia mengakhiri ucapannya. Mati - matian Arsal mencoba agar tetap bisa mengontrol emosinya.
Dengan senyuman 'terpaksa' Arsal berkata,"Makasih, Bu. Informasinya." Arsal dengan langkah tegas berjalan menuju mobilnya. Cukup!! Hari ini begitu buruk baginya. Arsal kira, hari ini akam menjadi hari yang indah, dan ternyata malah sebaliknya!
Arsal membanting pintu mobilnya dengan kencang. Remasan kuat di rambutnya semakin kuat, Arsal tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
Arsal mencoba menelpon Nissa. Satu panggilan sudah di jawab oleh operator. Arsal langsung melempar ponselnya ke belakang, tidak peduli ponselnya akan pecah.
"Gue gak akan ampunin, lo!! Gue bakal bales apa yang lo lakuin selama ini!!"
.....
Sebentar lagi, pesawat yang di tumpanginya akan segera landas. Nissa beserta semua anggotanya siap - siap. Nissa menghembuskan nafasnya kasar, sedari tadi Nissa tidak banyak berbicara. Mendengar setiap perkataannya yang Juan lontarkan, membuat Nissa muak dan ia tidak bisa berbuat apa - apa lagi selain diam. Bahkan Mama, Papa, serta Darell percaya - percaya aja kalau Juan ikut untuk memberi semangat dan menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...