Empat bulan kemudian...
Di atas langit nampak burung bertebrangan dengan kicauan merdunya. Cuaca yang cerah di sertai semilir angin membuat hari ini begitu sejuk. Waktu terasa begitu cepat, hari demi hari, bulan demi bulan, sudah terlewatkan. Bulan lalu Ujian Nasional, sudah di laksanakan. Tegang, takut, cemas, bercampur menjadi satu.
Tapi mereka menyelesaikan itu dengan perasaan yang entah kenapa susah di deskripsikan. Mereka bersorak kesenangan saat Ujian Nasional sudah selesai, dan tinggal menunggu hasilnya.
Dan hari ini adalah penentuan apa mereka lulus atau tidak. Rasa cemas, takut, khawatir, deg degan, kembali mereka rasakan. Mereka sekarang di dampangi oleh orang tuanya masing-masing, sama halnya seperti Nissa dan Arsal.
SMA Pelita, nampak ramai. Banyak mobil yang berjejeran di parkiran, bahkan saking banyaknya sampai tidak muat lagi, dan hal hasil mereka markirnya di halaman sekolah yang sangat luas itu.
Suara bising sangat terdengar jelas di masing-masing kelas. Pihak kepala sekolah meminta agar murid-muridnya menunggunya di luar, sedangkan orang tuanya yang berada di dalam kelas.
Tentunya keadaan di luar jauh lebih bising daripada yang di dalam. Mereka mencemaskan apa saja yang gurunya bicarakan. Apa Beliau akan membuka perilakunya di sekolah? Itu lah yang mereka cemaskan sedari tadi.
Berbeda dengan Arsal dan Nissa. Kalau mereka mencemaskan hal itu, Nissa dan Arsal justru nampak menikmatinya. Keduanya sangat yakin bahwa hasilnya itu akan membuahkan yang sangat luar biasa, keduanya sudah berjanji tidak akan mempermalukannya karna Nilainya begitu kecil.
Disini lah mereka, di kantin. Mereka justru pergi kesana karna hanya ingin berdua. Nissa nampak begitu cantik dan imut, dan Arsal tidak bisa berbohong akan hal itu. Entah kenapa semakin lama auranya sudah muncul darinya yang membuat Arsal semakin tergila-gila dengannya.
Dan bagi, Nissa. Arsal semakin terlihat tampan. Apalagi terdapat kumis tipis darinya, membuat dia terlihat begitu tampan. Nissa pun bersyukur mempunyai pacar sepertinya, sangat berbeda dari Mantan sebelumnya. Sosok Arsal begitu hangat, membuat Nissa merasa nyaman.
"Aku udah tentuin semuanya. Dan aku gak sabar sampai hari itu tiba," kata Arsal tersenyum lebar, menompang dagunya dan menatap gadisnya dengan penuh cinta.
Nissa yang sedang menyedot pop ice, mendadak berhenti. Ia menatap Arsal dengan bingung.
Dengan alis yang terangkat, Nissa berkata."Tentuin apa?"
"Semuanya. Sampai impian kita,"
"Iya apa? Nissa gak ngerti," Nissa semakin menyerngit mendengarnya.
Arsal meraih tangan Nissa. Lalu ia genggam tangannya dengan erat, seolah genggamannya ini menyalurkan perasaannya.
"Tahun baru nanti, kita bakal tunangan."
DEG!
DEG!
DEG!
Nissa melebarkan matanya. Degupan jantungnya menggila karna ucapannya itu.
"A—apa?" suaranya terdengar tercekat. Percayalah Nissa sangat sulit mengambil oksigen. Mana oksigen, mana oksigen?!!
Arsal tersenyum lembut. Lalu tangannya membelai wajahnya.
"Iya. Apa aku harus ngulang lagi, hm?" Arsal menaikkan sebelah alisnya, menatapnya jail.
Nissa menggeleng polos. Ia masih tidak bisa menetralkan rasa degupan jantungnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...