• Cold Prince #61

21K 981 8
                                    

Arsal membuka pintu mobilnya untuknya, Nissa segera keluar dari mobil tersebut. Arsal segera menggengam tangannya, dan mulai berjalan dengan senyuman tipis di wajahnya.

Tiba di Pantai Indah Kapuk, Arsal dan Nissa berjalan menyusuri bibir pantai. Matahari yang ingin tenggelam membuat suasana di pantai ini terlihat indah. Burung pun mulai bertebrangan di atas langit, di sertai hembusan angin sore yang begitu sejuk dan menenangkan.

Disini begitu ramai. Banyak turis dan pengunjung yang kesini. Arsal dan Nissa duduk di bawah pasir, mereka membiarkan kakinya terkena air pantai.

"Inget sekarang hari apa?" tanya Arsal setelah keheningan yang dilanda mereka. Nissa menoleh dengan kerutan kecil di keningnya.

"Nggak,"

Kini giliran Arsal mengerutkan keningnya.

"Kamu beneran gak inget?" Arsal memastikannya sekali lagi.

Nissa menggeleng polos,"Nggak."

Arsal mengacak rambutnya frustasi. Lalu ia menatap manik matanya dalam. Membuat Nissa gugup di lihat seperti itu. Nissa menunduk sambil memilin bajunya, Arsal yang melihat itu mengangkat dagunya dengan tangannya. Baru lah Arsal melihat wajahnya yang terdapat rona merah.

Arsal terkekeh geli,"Kamu lupa atau gimana, sih?"

Nissa berdecak,"Nissa benar-benar gak tau apa maksud Arsal."

Arsal menghela nafas,"Yaudah kalau kamu gak inget. Liat nanti aja,"

Nissa mengecurutkan bibirnya, "Kenapa harus nanti? Sekarang aja," pintanya mengguncang-guncang tangannya layaknya anak kecil.

Arsal menggeleng,"Liat nanti, baby."

Nissa menghembuskan nafasnya, pasrah. Ia membuang wajahnya, kesal karna tidak di kasih tau. Arsal tertawa pelan melihat sikapnya.

"Gimana tadi ngampus? Masih ada yang deketin kamu," ketus Arsal.

Nissa menoleh dan mendelik dengan nada bicaranya. Yap. Mereka melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia. Dalam beberapa bulan ngampus, membuat Arsal selalu kesal. Pasalnya gadisnya selalu di kejar-kejar oleh kaum Adam.

"Nggak,"

"Serius? Bukannya tadi ada yang modus sama kamu," sewot Arsal lagi mengingat kejadian siang tadi, yang telah menguras emosinya.

"Modus gimana sih, dia itu cuma mau ngasih tau kalau Nissa di panggil Mr. Alex." sahut Nissa jujur.

"Oke oke, lupain aja."

Nissa diam. Jujur saja ia sedikit kesal melihatnya yang akhir-akhir ini begitu posesif.

"Arsal marah,"

Arsal menggeleng.

"Terus kenapa?"

Lagi, dia menggeleng.

"Arsal maunya gimana?"

"Abaikan mereka. Tetep sama aku kalau di kampus," tegas Arsal.

Nissa mengangguk pasrah. Setelahnya Arsal menarik tubuhnya ke dalam dekapannya. Nissa tidak berontak, justru ia menenggelamkan kepalanya di dada bidangnya dan memeluknya tak kalah eratnya. Walaupun Arsal marah dengannya, tetap saja Arsal tidak bisa marah teralu lama.

"I love you, my future wife,"

Nissa bersemu merah di wajahnya. Kalau boleh jujur, Arsal selalu mengatakan kata-kata romantis, yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

Cold Prince ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang