• Cold Prince #6

35K 1.8K 14
                                    

"ARSAL!"

Arsal menoleh ke sumber suara itu, tak lama dia berdecak. Baru saja dia keluar dari kelasnya tetapi sudah disuguhi wanita yang tidak lelah-lelahnya mengejarnya. Nissa berlari kearahnya lalu memeluk sebelah tangannya. Dia tersenyum membuat kedua matanya menyipit, berharap senyuman itu akan membuat Arsal luluh.

"Ke kantin yuk." ajak Nissa, Arsal menatap dirinya seperti ada yang berbeda dari sebelumnya. Sontak matanya menuju ke rambutnya yang bercat coklat itu.

"Rambut lo di warnain?" hardik Arsal menatapnya tajam.

Nissa memegang rambutnya seraya mengangguk,"Iya. Kenapa emangnya? Gimana bagus gak?"

Arsal memutar matanya, lalu dia menyentil dahinya pelan."Lo lupa peraturan sekolah ini, lo mau masuk BK cuman gara-gara rambut lo itu?"

Nissa memincingkan kedua matanya,"Arsal peduli sama Nissa?"

Arsal melebarkan kedua matanya,"Mit amit. Ngapain gue peduli sama lo, nggak guna." Arsal memalingkan wajahnya ke samping.

Nissa mendelik kesal padanya,"Arsal bisa gak sih kalau ngomong gak usah pedes gitu. Apa jangan-jangan setiap hari Arsal makan cabe."

Arsal melepaskan tangan Nissa yang masih menggelayut layaknya monyet."Ngaco!"

Nissa mengibaskan tangannya,"Mending kita ke kantin daripada debat mulu, Nissa mulu yang kalah." Nissa menarik tangan Arsal dengan wajah yang kesal. Bibirnya maju yang menandakan dia benar-benar kesal padanya. Arsal hanya bisa pasrah saja tangannya ditarik olehnya.

Saat memasuki kantin banyak kaum hawa yang menatap Arsal dengan gaya centilnya. Nissa mendelik padanya, kesal karna pujaan hatinya ditatap seperti itu.

"Ngapain ngeliatin sampai segitunya?! Mau Nissa colok mata kalian!" Nissa berkacak pinggang sambil melotot padanya. Mereka pun bubar sambil menatap Nissa kesal. Arsal dibuat kaget dengan ucapannya tadi, dia diam matanya tak lepas menatapnya yang sedang memanyunkan bibirnya. Arsal menyinggungkan senyuman tipisnya, lucu juga, pikirnya.

Nissa menghembuskan nafasnya, lalu beralih menatap Arsal yang kini sedang tersenyum padanya. Nissa melebarkan matanya, terkejut. Benarkan Arsal tersenyum? Oh astaga ketampanannya semakin menambah.

"Arsal jangan senyum gitu dong, Nissa kan jadi malu." ucap Nissa malu-malu. Arsal tersadar, dia segera mengganti ekspresi wajahnya yang seperti biasanya.

"Geer banget sih!" deliknya. Dalam hati Arsal mengumpat dirinya sendiri, bisa-bisanya dirinya ketauan.

Nissa tertawa pelan, lalu dia menggelengkan kepalanya,"Arsal Arsal, kalau mau senyum ya senyum aja. Sampai segitunya sih? Ciee Arsal udah bisa senyum buat Nissa. " Nissa tertawa berbahak setelahnya, apalagi saat dia mengucapkan itu Arsal memalingkan wajahnya. Nissa semakin gemas terhadapnya.

"Udah puas ketawanya?" sarkasnya menatap Nissa tajam. Nissa diam lalu mengangguk mantap,"Puas banget malahan."

Arsal mendengus, lalu dia meninggalkan Nissa. Dia duduk dengan perasaan kesal. Nissa menghampirinya dengan senyuman cerianya.

"Arsal kok ninggalin Nissa sih?!" tanya Nissa sambil duduk. Seolah tidak mendengar ucapannya, Arsal berkata."Bu batagor satu."

Mba Ulan mengangguk padanya, setelahnya Arsal mengitari pandangannya tidak memandang pada objek di depannya ini. Nissa mendengus padanya.

"Arsal denger Nissa ngomong gak sih?!"

Arsal diam tidak menjawab ucapannya, Nissa mendelik kesal padanya."Arsal ih!! Dengerin Nissa ngomong!"

Cold Prince ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang