"Jelasin!"
Nissa menghembuskan nafasnya berat, dia hanya pasrah Arsal kini menatapnya tajam sampai-sampai nusuk kedalam tulangnya. Saat ini mereka berada di taman tidak jauh dari rumah Juan, Arsal membawa Nissa dengan menarik tangannya.
"Nissa diajakin sama dia, Nissa gak tau kalau acara itu buat cowok." ucap Nissa. Arsal mendesah pelan, lalu tubuhnya sedikit menunduk untuk melihat wajahnya. Nissa melebarkan kedua matanya melihat lagi dan lagi wajahnya dengan jarak yang dekat.
"Harusnya lo tanya dulu Niss jangan main diterima aja. Coba kalau gue gak dateng tepat waktu, lo pasti udah di apa-apain sama temen bejatnya si Juan!" kata Arsal menatap tekstur wajahnya dengan seksama, kedua matanya menjelajahi menatap wajahnya, hidung yang mancung, kedua mata yang sipit, pipi yang tembem dan bibir yang kecil.
"Jangan di ulangin lagi," lanjutnya, Nissa hanya mampu mengangguk patuh tidak bisa mengeluarkan satu kata pun.
"Sana pulang?" ucap Arsal.
Nissa menaikkan sebelah alisnya,"Sendiri gitu? Terus naik apaan?"
"Iya, naik taksi lah."
Nissa berdecak padanya,"Ih kok sendiri sih, gak mau ah Nissa mau sama Arsal aja pulangnya."
Arsal mendengus,"Gua gak bawa motor Niss, gue bawa skateboard di bagasi mobilnya si Ilham."
Nissa memanyunkan bibirnya,"Arsal tega banget sih ngebiarin Nissa pulang sendirian, kalau Nissa ada yang nyulik gimana? Entar Nissa gak bisa ketemu Arsal lagi dong."
Arsal memutar kedua matanya, konyol mendengar ucapannya."Ya nggak lah Niss, udah naik taksi aja."
Nissa menggeleng,"Gak mau. Arsal harusnya peka dong! Nissa maunya sama Arsal bukan sama taksi."
Arsal berdecak, lalu dia menelpon Ilham untuk mengantarkan Skateboardnya. Dia diam tidak menjawab ucapannya, karna kalau dibalas bakal lama ujung-ujungnya.
Tak lama mobil Ilham datang, Bobi keluar lalu mengantarkan Skateboardnya.
"Nih," ucap Bobi menyodorkan benda itu. Arsal mengambilnya.
"Bob, anterin si Nissa pulang." suruh Arsal menatap Nissa sekilas.
Bobi mengangguk,"Ayo Niss." ajak Bobi.
Nissa beralih menatap Arsal,"Arsal.." rengeknya.
"Pulang atau sama sekali nggak pulang!" ancamnya.
Nissa mendengus pasrah,"Iya iya. Terus Arsal gimana? Pulang naik apa?"
"Gak usah ngurusin gue, udah sana pulang."
"Nissa pulang kalau Arsal naik mobil itu,"
Arsal menatap Nissa tajam, dia tidak bisa lagi menahan kekesalannya. Jadi cewek batu banget.
"Iya, Sal. Lo pulang sama kita aja," ucap Bobi membuka suara. Arsal menghembuskan nafasnya berat.
"Woyy, buru napa lama banget sih." teriak Ilham.
Bobi, Arsal maupun Nissa menegok melihat Ilham yang berkacak pinggang. Nissa menatap Arsal melas, berharap dia mau menaiki mobil itu bersama. Arsal menghembuskan nafasnya berat.
"Yaudah ayo balik." ucap Arsal berjalan mendahului,
....
Arsal menyimpan Skateboardnya ditempat yang sudah di sediakan. Lalu dia naik menaiki anak tangga menuju kamarnya. Saat membuka pintu kamarnya, Arsal di kejutkan mendapati Arsya yang sedang memainkan laptopnya. Segera dia menghampirinya dan merebut laptop itu.
"Lo ngapain," ketus Arsal menatapnya tajam.
"Liatnya?" jawabnya terkekeh.
Arsal mendelik padanya,"Pergi sana gue cape." usirnya.
"Lo pacaran sama Nissa ya." ucap Arsya menaik turunkan alisnya.
Arsal tercengang mendengarnya,"Ngaco! Gak mungkin gue pacaran sama dia."
Arsya tertawa pelan,"Yaelah, Sal. Kalau lo udah ada rasa sama dia ungkapin lah jangan lo pendem gitu. Nissa diembat sama yang lain baru tau rasa lo!"
Arsal diam, Arsya yang melihat responnya hanya diam saja tertawa pelan, dia yakin Arsal kini skak dengan omongannya.
*****
Plak
Nissa memegang pipi kirinya yang telah di tampar oleh mamanya, perih itulah yang di rasakan Nissa. Refa menatap anakanya dengan tajam. Wajahnya sangat merah yang membuktikan kini Refa sedang marah. Nissa menatap mamanya tidak percaya.
"Kenapa kamu beranggapan kalau kami tidak peduli sama kamu. Jaga ucapan kamu Nissa," bentaknya. Nissa menunduk tubuhnya sudah bergetar.
"Mama emang gak peduli sama Nissa, yang mama pentingin selalu kerja dan kerja. Apa dalam seminggu mama ada di rumah? Gak kan mama selalu mengurusi pekerjaan mama. Nissa cape ma, Nissa rasa gak diurusin sama mama." ucap Nissa mengeluarkan uneg-unegnya yang selama ini membenak didalam hatinya.
Nissa langsung keluar dari rumahnya, air matanya sudah berlinang mengenai kedua pipinya. Pagi-pagi sudah membuat moodnya hancur, akibat tamparan mama pipi sebelah kiri terlihat warna merah. Hatinya sesak saat papanya cuman menonton saja tidak bertindak apapun, apa kedua orang tuanya tidak menyayanginya lagi?
....
Dari kejauhan Arsal was-was melihat Nissa baru saja memasuki gerbang sekolah, dia tidak ingin pagi-pagi moodnya hancur gara-gara dia. Dia memperlambat kecepatan skateboardnya, Arsal menghembuskan nafasnya lega karna Nissa sudah tidak terlihat.
"Arsal!"
Arsal tersentak kaget saat dia baru saja memasuki gerbang, dia sudah dikejutkan mendapati Nissa. Arsal mendengus sebal.
"Pagi.." sapanya.
"Hm,"
Arsal menatap sekilas Nissa, seperti ada yang berbeda.
"Lo ngapain pake masker?" tanya Arsal menyerngit bingung. Nissa menggeleng pelan,"Nggak papa."
Arsal memincingkan kedua matanya,"Bener? Gak biasanya lo pake itu."
"Bener, emang kenapa sih? Arsal khawatir sama Nissa ya?" ucap Nissa mengedipkan sebelah matanya.
Arsal memutar kedua matanya,"Najis!"
"Kok najis sih? Najis bukan disini tempatnya, Sal."
"Iyain,"
Nissa tertawa pelan,"Nissa ke kelas dulu ya. Bye calon pacar." Nissa melambaikan tangannya sambil mengedipkan sebelah matanya lagi.
Arsal mendengus melihat sikapnya tapi setelahnya bibir itu melengkung keatas tanpa dia sadari.
Tbc
Maaf baru Update lagi.
Sedikit ya? Maaf yaa saya lagi banyak masalah😓 maklumin aja
Baca ya.
SAYA AKAN ADAKAN Q AND A UNTUK SEPUTAR CERITA MY LOVELY BAD BOY.
JADI KALIAN KOMEN APA AJA MENGENAI SEPUTAR ITU, NANTI AZIZ DAN SHAFAA YANG JAWAB OK.
JANGAN KACANG YAA, HARUS KOMEN SEPUTAR MLBB🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...