• Cold Prince #50

19K 879 15
                                    

Langit berubah menjadi gelap. Awan hitam telah menguasai secelah cahaya terang di langit. Gemuruh petir sudah menggelegar dengan kencang. Hembusan angin begitu kencang, membuat siapapun enggan untuk keluar rumah. Hujan deras disertai petir yang menggelegar telah membuktikan bahwa akan ada peperangan hebat. Peperangan yang membuat keduanya merasakan sakit satu sama lain. Hujan seolah mengetahui perasaan keduanya.

Keduanya menatap dengan perasaan sakit, kecewa, marah. Hanya suara isakkan lolos dari bibir mungil gadis itu. Bahkan ia tak mampu lagi mengontrol deruh nafasnya sendiri, benar - benar sangat sesak. Sang pria hanya diam, ia masih bisa menahan rasa tangisannya sendiri. Namun, rasa kecewa dan marah begitu besar di manik matanya. Rasanya, ia ingin menarik tubuh gadis itu dan memeluknya begitu erat, sambil menenangkannya. Ia tidak akan membiarkan gadis itu menangis lagi dan lagi, ia membenci melihatnya seperti itu, dan ia sudah janji dengan dirinya sendiri bahwa ia tidak akan membuat gadisnya menangis lagi. Tapi kali ini, gadisnya yang telah membuat kesalahan yang mampu membuat ia benar - benar kecewa, bahkan ingin marah pun ia tidak mampu, ia tidak ingin mambuatnya tertekan. Sudah cukup seperti ini!!

Di taman itu hanya mereka yang masih berada disitu. Bahkan keduanya enggan untuk pergi, karna hujan lebat telah mengguyur Jakarta, malam ini. Mereka membiarkan sekujur tubuhnya basah.

Nissa menatapnya begitu sendu. Entah sudah berapa banyak air mata yang luruh mengenai pipinya. Tubuhnya bergetar hebat, dan rasa sesaknya ini kian semakin sesak. Rona merah yang setiap hari selalu menemani harinya, kini terlihat begitu pucat pasih, melebihi mayat hidup. Bibirnya begitu keluh untuk mengeluarkan satu kata saja.

"Aku kecewa sama kamu!!" Nissa memejamkan matanya, mendengar suaranya yang begitu dingin, melebihi sikapnya yang dulu. Nissa tidak berani melihat matanya, yang mampu membuatnya merasa bahwa ia satu - satunya orang terbodoh di dunia ini.

"Untuk apa kamu sembunyiin ini dari aku? Selama ini kamu menganggap aku atau tidak?!!" kini, intonasinya menjadi keras. Nissa bergetar begitu hebat, mendengar suara bentakkannya. Nissa benar - benar takut melihatnya seperti ini.

"Kenapa diam aja!! Kamu mendadak jadi bisu, jawab ucapan aku!!"

Arsal mencengkram bahu Nissa dengan kencang, rahangnya mengeras dengan gigi yang bergemelatuk. Nyali Nissa semakin ciut. Nissa memegang kedua tangannya yang mencengkram begitu kencang di bahunya.

"Sakit A...Arsal..." lirih Nissa menunduk dengan tubuh yang bergetar, bahkan rasa getaran itu sangat terasa oleh Arsal. Arsal mengendurkan cengkramannya, lalu ia mengacak rambutnya kuat sambil berteriak keras.

"Arghhhhhhh."

Nissa membekap mulutnya dengan tangannya. Ia sudah tidak tahan melihat Arsal seperti ini. Mata sendu miliknya masih melihat gerak - geriknya, melihat Arsal jongkok sambil menjambak - jambak rambutnya. Nissa langsung berjongkok di hadapannya, dan memeluk tubuh Arsal yang cukup di bilang sangat kekar.

"Hiks...Maafin Nissa." hanya itu yang bisa Nissa katakan. Matanya terpejam rapat sambil menghirup aroma khasnya yang Nissa sukai sejak lama. Pergerakkan Arsal berhenti, tapi tiba - tiba saja Arsal mendorong tubuhnya yang membuat Nissa sangat terkejut menerima perilakunya.

Nissa semakin keras menangisnya. Arsal menatapnya dengan tajam, yang lagi - lagi membuat nyali Nissa ciut. Tatapan itu seolah menusuk ke kulitnya, begitu tajam dan mengintimidasi.

Namun, Nissa di buat terkejut saat tangan kekar itu menyelinapkan rambutnya ke belakang telinganya. Dengan gerakkan lambat, Arsal menghapus jejak - jejak air mata yang mengenai pipinya. Saat tangan itu menyentuh pipinya, yang Nissa rasakan hanya kehangatan. Rona merah langsung muncul di kedua pipinya, yang membuat Arsal terdiam sejenak. Rona merah yang selalu Arsal sukai darinya.

Cold Prince ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang