• Cold Prince #46

16.8K 813 9
                                    

Dengan telaten Nissa memasukkan barang seperlunya kedalam kopernya. Sekiranya barangnya sudah tersusun rapih, Nissa mengambil bingkai foto dinakas dekat ranjang tidurnya. Nissa tersenyum manis sambil mengusap bingkai foto itu. Lalu Nissa menaruhnya kedalam kopernya, setelahnya koper itu ia angkat dan ditaruh disamping lemarinya.

Nissa berjalan menuju meja riasnya, dia duduk dengan senyuman lebar terukir diwajahnya. Nissa mengambil spon bedak, lalu mengoleskannya diwajahnya. Setelah itu, Nissa mengambil tony moly yang serupa dengan warna bibirnya.

Nissa menenggakkan tubuhnya, dia mengeluarkan kalung pemberian Arsal sambil melihat bayangannya sendiri. Sampai sekarang, Nissa masih memakai kalung tersebut.

"Nissa masih gak nyangka udah satu tahun pacaran sama Arsal... Dulu inget banget, Nissa selalu ganggu Arsal, ngejar Arsal kemanapun Arsal pergi..." Nissa terkekeh renyah membayangkan kejadian itu."Tapi usaha Nissa gak sia-sia, akhirnya Arsal luluh-luluh juga sama Nissa."

Nissa menggelengkan kepalanya mengingat masa-masa itu. Dulu dia orang terbodoh mengejarnya yang sama sekali tidak ingin dipandang olehnya. Bahkan Nissa memaksa orang itu, agar dia menerima Nissa sebagai kekasihnya.

Dering telpon telah menyadarkan Nissa. Nissa menoleh seraya mengambil ponselnya.

"Halo."

"Turun kebawah, gue diteras rumah lo. Buru!!" Nissa meringis mendengar suaranya yang tegas dan tak terbantahkan.

"Mau apaan, sih? Gak ah, Nissa males." tolak Nissa menggelengkan kepalanya.

Terdengar disebrang sana orang tersebut berdecak,"Buru deh! Jangan sampai gue nyelonong masuk terus ke kamar lo, mau?!"

Nissa berdesis pelan,"Ish!! Nyusahin banget sih, Kak. Iya iya, Nissa turun."

Tut.
Nissa memutuskan panggilan itu. Nissa turun kebawah dengan bibir yang dia manyunkan. Dia kesal pada pria satu ini. Bisa saja membuat moodnya gampang hancur. Ngeselin kan.

Nissa membuka pintu dengan wajah yang dia tekuk, saat pintu itu terbuka lebar, langsung terpangpang wajahnya yang terlihat ganteng tapi ngeselin.

"Apaan sih, Kak." ceplos Nissa ketus dengan kedua tangannya yang dilipatkan didada.

"Lo kalau pergi bilang-bilang gue, kek!!" semprotnya marah, sangat kentara rahangnga mengeras. Nissa tiba-tiba saja meringis melihat itu, entah kenapa Nissa merasa takut kalau melihatnya seperti ini.

Nissa mengerjapkan matanya,"Maksudnya? Siapa yang mau pergi, sih?" Nissa berlagak tidak tau, padahal Nissa tau maksud dia itu kaya apa.

Juan mencengkram bahu Nissa kencang, Nissa spontan mengaduh. Nissa menatap Juan dengan takut. Sedangkan Juan sama sekali tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri.

"Kak, sakit.." lirih Nissa menunduk.

Ucapannya sama sekali tidak Juan gubris. Dia tetap jadi pendiriannya. Bahkan Juan mengeratkan cengkraman tersebut.

"Kak.. Sakit.." tubuh Nissa bergetar dan rasa takut semakin menguasai dirinya.

Perlahan Juan mulai mengendurkan cengkramannya. Juan memejamkan matanya, lalu beralih menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

"Lo ngerti apa yang gue bilang, Niss. Jangan berlagak gak tau!!" walaupun Juan tidak bertindak kasar lagi, nada bicaranya masih terdengar tegas dan penuh penekanan.

Melihat Nissa yang diam saja, membuat Juan kesal sendiri. Dengan emosi yang meledak, Juan menarik tangan Nissa paksa menuju mobilnya yang terpakir di luar gerbang rumahnya. Nissa berontak, dia mencoba melepaskan cengkramannya, tapi apalah daya, tenaganya tidak sepadan dengan tenaga miliknya.

Cold Prince ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang