Berita tentang mereka sudah terdengar luas di sekolah maupun tetangga sekolah. Banyak yang kecewa, iri, benci dan sebagainya masih banyak lagi. Banyak yang bertanya kenapa Nissa bisa meluluhkan si dingin Arsal. Apalagi foto Nissa yang nampak bahagia dipajang di mading besar dekat lapangan basket, banyak yang menggerumbungi mading itu. Di bawah foto itu terdapat caption yang begitu romantis, yang membuat mereka menggigit bibir bawahnya karna tidak tahan membaca caption tersebut.
Sampai kapanpun Nissa punyanya Arsal :) my sunshine~
Begitulah caption itu, mereka terpengarah membaca caption itu. Dari kejauhan Arsal menyerngit melihat gerombolan mengitari mading itu.
Kenapa ya? Pikirnya
Manik matanya tak sengaja melihat Bobi dan Ilham yang sedang tersenyum, ah Arsal sangat curiga dengan senyuman mereka, seperti mereka sangat puas telah melakukan apapun sampai mereka tersenyum puas.
"ARSALLLL!!" teriak Bobi lantang di sepanjang koridor, dia melambaikan tangannya yang membuat Arsal mendengus. Dengan langkah yang ogah-ogahan, Arsal mendekati kedua temannya itu.
"Apaan?" ceplos Arsal, ketus.
"Lo belum liat mading ya?" tanya Ilham sambil terkekeh.
Alis Arsal naik sebelah,"Liat apaan? Paling juga pengumuman dari Osis."
"Yee, sotoy jadi anak! Liat, gih pasti seru." suruh Ilham menunjuk mading dengan dagunya.
"Mager ah! Pengen ke kelas si Nissa." Arsal berujar sambil melangkahkan kedua kakinya, tapi dengan gerakan cepat Ilham dan Bobi menarik tangannya yang membuat Arsal hampir terjungkal ke belakang.
"Gila lo ya!" protes Arsal terkejut dan marah secara bersamaan. Mereka menyerngir sambil mengangkat tangannya berbentuk V.
"Lo harus liat, Sal. Pasti seru." ucap Bobi yang dibalas anggukkan oleh Ilham.
Arsal mendelik,"Ogah."
"Ih! Batu lo ya! Liat dulu napa bentaran, gak nyampe buang waktu lo sejam, palingan juga satu detik." sewot Ilham yang sudah kesal dengan sikapnya yang batu.
Bobi yang mulai jengah pun menarik tangan Arsal, lebih tepatnya menarik paksa. Arsal hanya bisa pasrah walaupun hatinya dongkol terhadap mereka. Saat tiba di mading, gerombolan itu sedikit minggir memberi akses untuk Arsal agar bisa melihat ada apa di mading itu.
Arsal melotot melihat mading itu, dia dengan matanya yang tajam membaca caption tersebut. Arsal memejamkan matanya sejenak, lalu beralih menatap kedua temannya dengan tatapan menyelidik.
"Lo!" ucap Arsal tertahan, rasa dongkolnya pun semakin menjadi karna melihat berita di mading itu. Demi apapun siapapun yang membuatnya sangat tidak berfaedah! Malah privasi Arsal kini telah diumbar-umbar, dan dia sangat tidak menyukai itu.
"Gimana?" Ilham berujar sambil menyengir lebar.
"Gimana apanya?!" balas Arsal melotot menatapnya tajam.
"Keren kan apa yang kita lakuin!" kini Bobi berujar dengan nada bangganya sambil menepuk dadanya pelan.
"Pala lo peang! Gue gak mau tau ambil foto itu terus lo buang! Gue gak suka apapun yang nyangkut privasi gue, dengan se-enaknya lo umbar-umbar?!" setelah mengatakannya Arsal pun melenggang begitu saja meninggalkan kedua temannya yang nampak begitu cengo.
"Woyy, Arsal. Tapi lo pacaran kan sama si Nissa?!" teriak Bobi memberhentikan langkahnya tapi tidak berbalik untuk melihatnya kembali.
"Kalau iya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...