Nissa tertawa kecil saat melihat album fotonya yang begitu tebal. Ia terus menatap album itu demi selembar, dari kecil saja Arsal sudah lucu dan tampan, memang keturunan Aziz benar-benar copyan darinya, tidak ada yang beda sama sekali, cuma warna rambut yang mewarisi rambut Shafaa, berwarna pirang.
"Nah, kalau yang ini waktu Arsal umur empat tahun. Dimana waktu dia, gak sengaja nginjek kecoa terus berakhir nangis karna udah matiin hewan kecil itu. Sebenernya gak sengaja, sih, tapi Arsal tetep mengaku kalau dia nginjek hewan itu." cerita Shafaa menunjuk salah satu foto yang dimana foto itu menunjukan ekspresi Arsal saat sedang menangis.
Nissa yang mendengar ceritanya langsung terbahak. Ia memegang perutnya akibat tawaannya itu. Benar-benar konyol, pikirnya.
"Nissa gak nyangka, Arsal se-dramatis itu.." ucap Nissa di sela-sela tawaannya. Shafaa terkekeh pelan.
Shafaa mengangguk,"Iya. Saat kecil Arsal emang berhati lembut. Jangankan kecoa, nyamuk aja dia nangis kalau Aziz sedang membasmi nyamuk itu."
Nissa tergelak lagi,"Hah? Serius, Ma."
Shafaa mengangguk dengan antusias di wajahnya."Mama serius. Sampai dia masuk rumah sakit karna kena penyakit DBD."
"Terus abis itu?"
"Semenjak itu, Arsal jadi gak peduli lagi sama sekitar. Dia jadi dingin, datar saat sembuh dari penyakitnya. Bahkan, Mama kangen denger celotehnya yang sangat bawel itu, tapi Mama bisa apa? Karna dia terkena DBD parah, ia jadi trauma gitu. Mama sama Papa cuma bisa pasrah liat sikapnya yang berubah drastis." Shafaa tersenyum kecil saat terbesit kejadian beberapa tahun silam.
Nissa menganggam tangan Shafaa, sambil tersenyum lembut kearahnya.
"Tapi Arsal sekarang udah berubah bukan? Arsal gak jadi datar, dingin lagi? Arsal jadi bawel, gak mau diem, petakilan." ujar Nissa membuat Shafaa mengangguk dengan tampang bahagia.
Shafaa mengangguk,"Iya, dan Arsal berubah karna bertemu kamu. Arsal berubah saat kamu menjadi miliknya. Dia gak lagi nunjukin sikap gak pedulinya, bahkan dia jadi bawel ngalahin Arsya."
Nissa hanya bisa tersenyum melihat wajah Shafaa yang begitu bahagia. Walaupun sudah terdapat kerutan di wajahnya itu, sama sekali tidak menampilkan bahwa ia sudah tua, malahan ia semakin terlihat cantik dan juga elegan.
"Arsal masih lama, ya, Ma?" tanya Nissa melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 15.14 WIB.
"Sebentar lagi pulang, tadi dia bilang cuma sebentar ke rumah, Qaqa." jawabnya.
Nissa mengangguk. Lalu matanya melihat ke samping yang dimana foto Shafaa yang terpajang sambil menggendong anak kecil. Nissa yakin, itu Arsal. Entahlah Nissa hanya bisa menebak, Arsal dan Arsya sewaktu kecil sangat sulit di bedakan, jadi Nissa hanya bisa menebak bahwa yang di foto itu Shafaa dan Arsal kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...