• Cold Prince #35

24.5K 1.1K 56
                                    

Arsal mencium punggung tangan Refa dengan lembut, Refa tersenyum hangat saat Arsal sangat sopan dengannya. Arsal tersenyum, membuat Refa tidak bisa lagi membayangkan saat anaknya bersama dengannya.

"Apa kabar, ma?" tanya Arsal sembari mendaratkan bokongnya di sofa.

"Alhamdulilah, mama sehat. Kamu gimana?"

"Syukur, kalau gitu. Arsal sehat kok." Arsal tersenyum tipis padanya.

"Mau kemana ni? Kayanya rapih banget kamu?" tanya Refa penasaran.

Arsal terkekeh,"Biasa, ma. Mau ngajak Nissa jalan. Hehe."

Refa tersenyum lagi,"Yaudah jangan malem-malem ya pulangnya. "

Arsal mengangguk,"Iya, ma."

*****

Disepanjang jalan, suasana begitu hening hanya suara radio yang terdengar. Nissa maupun Arsal sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Nissa yang tidak tahan suasana hening, menggeserkan tubuhnya menghadapnya. Dia menatap Arsal yang nampak begitu serius menyetir mobilnya.

"Sal..."

Arsal menoleh sekilas,"Iya?"

Nissa tersenyum,"Arsal sadar gak kalau kita udah tiga bulan aja, perasaan baru kemarin kita jadian."

Mendengar itu, Arsal tersenyum simpul. "Sadar kok. Besok kan kita ke-tiga bulannya? Kalau kita nunggu, bakal kerasanya lama. Tapi kalau kita gak nunggu, itu bakal kerasa cepet. Sama halnya sama hubungan kita, kita ngejalaninnya bersama tanpa nunggu satu sama lain kan? Nah iya, kerasa cepet banget kan."

Nissa mengangguk,"Arsal bener juga. Hehe, semoga kita gak nyebut kata putus ya, kalau sampe hal itu terjadi, Nissa gak bisa ngebayanginnya." lirih Nissa menunduk.

Arsal menepi di pinggir jalan, lalu dia mematikan deruh mesin mobilnya, setelahnya dia menggeser tubuhnya menghadap Nissa yang sedang menunduk.

"Stt.. kamu ngomong apaan sih? Ya, gak bakal lah. Selagi kita baik-baik aja, aku atau kamu gak akan nyebut kata putus. Kalau aku atau kamu punya masalah, ceritain sama aku sekecil atau sebesar masalahnya, kita bakal selesain bareng-bareng."

Nissa mendongak, lalu matanya menatap manik mata Arsal yang menatapnya dirinya begitu dalam. Nissa tersenyum lalu menghambur kedekapannya.

"Makasih. Nissa bakal ceritain ke Arsal apapun masalah Nissa."

Arsal mengangguk,"Iya iya. Yaudah aku lanjut nyetirnya ya?"

Nissa terkekeh,"Oh, iya iya. Nissa lupa."

Arsal menggelengkan kepalanya, lalu Nissa kembali dengan posisi sebelumnya. Kali ini wajahnya tanpa berseri-seri.

.....

Nissa menepuk tangannya dengan semangat, senyumannya tidak pudar di wajahnya. Jantungnya berdebar begitu kencang. Seisi Cafe Zylae ikut bertepuk tangan, mereka maupun Nissa terpukau mendengar dan melihat pertunjukan Arsal. Arsal telah menyanyikan sebuah lagu I Like Me Better dan petikkan gitar yang mahir yang dilakukannya.

Arsal tersenyum sumringah, lalu dia meletakkan gitarnya di sampingnya. Setelahnya pandangannya lurus menatap wanita yang sangat dia cintai, wanita itu yang membuat hidup Arsal berubah, wanita itu yang membuat Arsal selalu memikirkannya setiap detik. Wanita itu, Danissa Refallia.

Hanya satu nama di hatinya dan untuk selamanya, hanya dia.

Nissa tersenyum lembut menatap Arsal, dia melambaikan tangannya dengan gemas. Arsal mengendipkan matanya sebelah, membuat seisi Cafe Zylae menjerit-jerit.

Cold Prince ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang