Pulang sekolah, Nissa berjalan menuju gerbang sekolah dengan senyuman tipisnya. Rambutnya bertebrangan kemana-mana karna angin yang mengakibatkan rambut itu nampak sedikit berantakan. Dia sungguh tidak sabar bertemu dengan kakaknya. Ekor matanya melihat Arsal yang ingin me-gas motornya, Arsal yang mengganjal seperti ada yang memperhatikannya menengok dan melihat Nissa yang sedang melambaikan tangannya.
Arsal diam, dia sedikit bingung dengan sikapnya. Hari ini sikapnya berbeda dengan sebelumnya, Nissa sama sekali tidak mengganggunya. Dia hanya tersenyum dan menyapa saat mereka bertemu dikantin tadi. Entahlah apa yang membuat Nissa seperti ini? Apa dia sudah berusaha menjauh darinya? Itulah yang ada dipikiran Arsal saat ini.
Setelahnya dia melihat Nissa yang menaiki taksi, Arsal menghembuskan nafasnya. Entah ada angin apa Arsal begitu kesal dengan sikapnya hari ini. Jujur dia tidak menganggunya lagi ada perasaan berbeda, yang tadinya mereka selalu berdebat setiap saat kini bertemu mereka hanya menatap satu sama lain. Arsal segera memakai helmnya dan me-gas motornya.
....
Kini Nissa berjalan menuju tempat yang dimana Darrel yang menyuruhnya untuk menunggunya disana. Darrel menyuruh untuk menunggunya di cafe Rose, hatinya sungguh tidak sabar ingin bertemu dengan kakaknya, ada perasaan deg degan tak menentu. Tetapi kondisi fisiknya jauh dari kata sehat, wajahnya pucat dan tubuh yang terasa panas. Entahlah Nissa tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya. Nissa sangat memaksakan agar bertemu dengannya dan menghabiskan waktu bersamanya.Nissa memilih tempat diluar, dia memilih meja No.6 yang berdekatan dengan tanaman berbagai jenis bunga yang cantik membuatnya merasa sejuk kala duduk disana. Nissa menghembuskan nafasnya, lalu dia mengecek ponselnya berharap Darrel akan membalasnya lagi. Tiba-tiba terdengar suara aneh yang timbul di perutnya, Nissa terkekeh ternyata cacing di perutnya ingin segera diberi asupan. Tapi Nissa menggeleng pelan, dia ingin makan bersama dengan kakaknya.
Sambil menunggu Nissa memesan Green tea untuk menghilangkan rasa bosannya. Dia berdecak karna Darrel belum juga memperhatikan batang hidungnya, sudah satu jam lebih Nissa menunggunya. Lalu Nissa mengecek ponselnya lagi dia melihat chat terakhir Darrel saat jam 13.24 dan sekarang sudah jam 17.36, apa Darrel telat?
Nissa mencoba menghubunginya tetapi lagi dan lagi suara operator yang terdengar di telinganya. Nissa mendesah kecewa, apa Darrel tidak akan pulang? Lalu untuk apa Nissa menunggunya sampai berjam-jam?
"Kak.." lirihnya menatap ponselnya sendu.
....
Arsal tergelak mendengar celoteh Ilham yang mengada-ngada, dia menggeleng pelan melihat Ilham yang bertingkah konyol pada remaja wanita yang duduk berdekatan dengan meja yang ditempatinya. Arsal memesan minuman dan segera meneguknya sampai habis. Matanya tidak bisa diam, Arsal mengitari pandangannya ke penjuru Cafe Rose yang tampak ramai saat sore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...