Nissa mengusap pelan perut buncitnya. Sekarang usia kandungannya sudah menginjak tujuh bulan. Waktu berjalan begitu cepat, saat dimana usia kandungannya masih terlihat muda, Arsal harus mewujudkan kemauan Nissa yang terdengar aneh. Berbagai kemauannya harus terkabul sekarang juga. Bahkan Arsal sempat frustasi karna kemauan Nissa yang menyuruhnya untuk tidur di luar, sedangkan Nissa tidur dengan Juan. Berbagai sumpah serapah Arsal lontarkan hanya untuk JUAN.
Tapi itu semua tidak berlangsung lama, saat usia kandungannya menginjak empat bulan, kemauan Nissa sudah tidak terdengar aneh lagi. Bahkan di usia kandungannya itu, Nissa semakin manja dan tidak ingin di tinggal oleh Arsal.
Pernah waktu itu. Saat dimana pekerjaan Arsal lagi banyak-banyaknya dan harus berlarut malam menyelesaikannya. Arsal lupa bahwa sebelum mengerjakannya itu, ia berjanji membawa Nissa untuk berjalan-jalan. Tapi apalah daya, karna Arsal terlalu larut dengan pekerjaannya, iapun lupa bahwa ia sudah ada janji. Saat pulang ke rumah, baru Arsal membuka pintu kamarnya, ia terkejut saat ada benda yang terlempar kearahnya dan menimbulkan suara pecahan yang begitu nyaring. Untung saja, Arsal dengan sigap langsung menghindar.
Banyak masa-masa dimana Arsal harus extra sabar menghadapi Nissa. Hormon kandungannya, membuat Nissa gampang terpancing emosi dan cengeng hanya masalah sepele.
Nissa tersenyum lembut mengingat masa tahapan-tahapan kehamilannya. Arsal yang sabar, Nissa yang cengeng. Sebenernya Nissa sadar, tapi ada rasa yang susah di jelaskan yang membuatnya hanyut dan terbawa suasana.
Nissa menenggelamkan setengah kakinya di kolam berenang, dan duduk di tepi kolam renang. Suasana sore ini begitu nyaman. Semilir angin membuat rambut panjangnya bertebrangan kemana-mana.
Nissa sengaja membuka semua pakaiannya. Ia hanya memakai kimono biru langit. Nissa membuka kimononya sedikit, yang membuat perut buncitnya terlihat.
Kurang lebih dua bulan lagi, calon buah hatinya akan menampak di dunia ini. Nissa sangat tidak sabar menanti hari itu. Soal jenis kelaminannya, Arsal dan Nissa sepakat untuk tidak mencari tau, mereka percaya pada Tuhan, mau perempuan atau laki-laki, menurut Nissa dan Arsal itu sama saja, mereka akan menerimanya dengan lapang dada.
"Masuk yuk, udah mau Magrib,"
Nissa menoleh dam melihat Arsal yang tersenyum menatapnya. Nissa mengangguk dan menutup kimononya agar rapat kembali.
"Gendong," Nissa merentangkan tangannya padanya. Arsal terkekeh lalu mengangkat tubuh Nissa dengan ala bridal style.
Nissa mengalungkan tangannya di leher Arsal, kepalanya ia tenggelamkan di sela-sela lehernya. Nissa menghirup aromanya, dan sepertinya Arsal baru saja selesai mandi, terbukti aromanya ini sangat tercium Maskulin.
Arsal bergidik merinding, ia mendengus melihat tingkah istrinya.
"Jangan di endus-endus, kamu nanti bikin yang di bawah bangun!" peringat Arsal.Nissa segera menjauhkan kepalanya dan mencubit hidungnya."Ish! Dasar mesum!"
Arsal tertawa pelan. Lalu dengan pelan ia mulai menurunkan tubuhnya di kasur king sizenya. Nissa mengecurutkan bibirnya, kesal saat mendengar yang Arsal katakan.
Arsal tersenyum geli. Ia duduk di tepi kasurnya menghadap Nissa.
"Aku gak akan mulai kalau kamu yang mulai duluan, baby."
Blush!
Kedua pipi Nissa memerah, ia menunduk menyembunyikan rona merah yang menghiasi wajahnya. Arsal yang melihat itu sontak tertawa lepas. Ia merasa geli melihat tingkah Nissa yang menggemaskan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...