Di sepanjang jalan menuju sekolah, Arsal menghirup udara pagi sedalam-dalamnya. Arsal menjalankan skateboard-nya berbentuk zig-zak, sesekali dia memutar tubuhnya yang di ikuti skateboard tersebut. Jarak gerbang sekolah sudah bisa di lihat disana, Arsal memperlambat lajuan skateboard-nya. Mobil merah seketika menghalangi jalannya, Arsal menyerngit melihat mobil itu. Pintu terbuka yang memperlihatkan kaki jenjang miliknya.
Wanita itu keluar dari mobilnya, angin yang sepoy-sepoy membuat rambut panjangnya bertebrangan. Wanita itu menjadi pusat perhatian, banyak yang melihat padanya dengan tatapan kagum. Arsal berdecak sebal, lalu menenteng skateboard-nya.
"ARSAL!!"
Yang punya namapun memberhentikan langkahnya. Dia diam tapi tidak memutar tubuhnya ke belakang, tubuhnya menegang mendengar suaranya. Derap langkah begitu terdengar di telinganya, membuat Arsal deg degan entah kenapa.
"Apa kabar? Rere kangen sama Arsal." Ucapnya memutar bahunya menghadapnya. Arsal mengerjapkan kedua matanya, nampak di hadapannya terdapat cewek yang selama satu tahun ini tidak bertemu. Parasnya begitu cantik, terlebih bulu mata lentiknya membuatnya berkali lipat kecantikannya.
Rere berdecak gemas,"Arsal ini Rere loh, masa lupa sih?"
"Lo ngapain disini?" Tanya Arsal kemudian. Dia merasa bingung melihatnya berada disini, terlebih Rere menggunakan seragam SMA Pelita ini.
"Mulai sekarang Rere sekolah disini sama Qaqa." Serunya dengan senyuman sumringahannya. Arsal tersedak air salivanya sendiri, benarkah ini? Qaqa pindah??
"Kenapa lo pindah?" Tanya Arsal lagi.
"Karna gue kangen sama lo, dan ini juga keinginan Qaqa pindah ke sekolah ini." Ujarnya mantap. Arsal berdesis tidak suka mendengar ini semua keputusan Qaqa. Buat apa dia pindah? Apa dia berniat mendekati Nissa? Kalau iya, Arsal sampai kapanpun tidak akan membuat dia mendekati Nissa, sedetik pun.
"Oh."
"Hey, bro." Serunya membuat Arsal menoleh. Qaqa muncul dengan senyuman merekah terlihat bahwa hari ini nampak berseri. Arsal mendengus pelan.
"Apaan?"
"Lo gak mau meluk gue gitu?"
Arsal bergidik jijik mendengarnya."Dih, mitamit ngapain gue meluk lo. Gue gak mau orang ngiranya kita homo!"
Qaqa terkekeh renyah,"Yaudah si, santai gak usah ngegas gitu dong."
Arsal mendengus sebal menatapnya. Rere hanya menggeleng melihat tingkah mereka, Rere tersenyum melihat raut wajah Arsal yang kesal. Paras Arsal begitu tampan, membuatnya semakin suka.
"Yee, monyet." delik Arsal melenggang pergi. Sekali lagi Qaqa terkekeh, dia dan Rere berusaha menyamai langkahnya yang begitu lebar. Arsal berjalan lebar dengan tampang dingin dan datar, tanpa ada senyuman diwajahnya. Tapi itu tidak menghilangkan kadar ketampanannya.
"Ngapain ngikutin gue?" Suara ketus Arsal terdengar.
"Ke kelas lah," jawab Qaqa santai tidak menanggapi Nada ketusan darinya.
"Kelas lo emang dimana?" Tanya Arsal serius.
"Gak tau,"
Arsal berdecak,"Si bego, sana ke tata usaha tanya kelas lo dimana!"
Qaqa tertawa pelan,"Anterin dong."
Arsal memberhentikan langkahnya membuat Rere menubruk punggung tegap miliknya. Rere mengaduh tapi tidak di gubris olehnya. Arsal menatap pria itu dengan wajah yang memerah padam, dia benar-benar kesal dengan sikapnya yang menjengkelkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...