Nissa berjalan memasuki gerbang sekolah dengan hati yang berbunga-bunga. Bibirnya tidak lelah-lelahnya, berbentuk lengkungan indah. Helaian rambutnya bergerak kesana-kemari, sesuai dengan kecepatan langkahnya. Rasa beban dipundaknya sudah tidak terasa lagi. Nissa semakin mengeratkan menggemblok tasnya.
Mata sipitnya melihat beberapa murid disini yang nampak ceria.
Saat sedang berjalan dan sibuk dengan pikirannya, Nissa yang tidak sengaja menabrak seseorang dan membuatnya langsung terjatuh. Nissa tertegun sejenak, setelahnya meringis, sakit.
"Ehh, lo nggak papa?" tanyanya berjongkok dihadapannya. Nissa yang merasa kenal suaranya langsung mendongak.
"Kak Juan." matanya melebar saat melihat wajahnya begitu dekat dengannya. Nissa memundurkan kepalanya.
Juan tersenyum. "Iya?"
Nissa mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu bangun dan menepuk-nepuk roknya yang kotor. Juan berdiri dan menatap Nissa dengan tatapan sulit diartikan.
Nissa menunduk, entah kenapa dia merasa gugup ditatap seperti itu.
"Udah lama gue gak ketemu lo lagi, Niss." ujarnya membuat Nissa spontan mendongak.
Nissa menyelinapkan rambutnya dibelakang telinganya. "Hm--- Ah, iya iya. Nissa juga nggak pernah ketemu Kak Juan lagi."
Juan tersenyum manis. Tapi entah benar atau tidak, Nissa curiga dengan senyumannya itu.
"Kalau gitu, Nissa duluan. Bye." dengan sigap Nissa langsung berjalan cepat menghindar darinya.
"Tunggu!"
Langkah Nissa berhenti, dia tidak menoleh kebelakang. Tubuhnya mendadak menegang. Juan berjalan mendekat dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya.
Juan memegang pundaknya, merubah posisinya agar berhadapan dengannya. Juan sedikit menunduk karna tinggi Nissa sebatas dadanya.
Nissa diam lagi, melihat wajahnya yang kurang lebih sangat dekat. Juan yang tau Nissa gugup, tersenyum didepannya.
"Mau apa?" ucap Nissa pelan, sambil menatap matanya. Lagi, Juan tersenyum manis. Yang Nissa rasa, dibalik senyuman itu mengandung banyak makna.
"Pulang sekolah nanti, lo ikut gue." ucapnya datar tanpa ekspresi. Seolah senyumannya tadi sudah ditelan bumi.
Nissa menyerngit, dan memperkuat remasan tangannya diroknya. Menelan salivanya dengan susah payah, Nissa berkata,"Mau kemana?"
Tanpa dugaan, Juan kembali tersenyum manis padanya. Dan Nissa dibuat bingung dengan sikapnya ini.
"Liat nanti, lo bakal tau." katanya sambil mengacak rambutnya, membuat Nissa tidak bisa berkutik apa-apa lagi.
Setelahnya, Juan meninggalkan Nissa yang berdiri tanpa bergerak sedikit pun, hanya mata sipitnya yang masih menatap kepergiannya. Nissa memegang dadanya yang berdetak begitu cepat, entah kenapa perasaannya menjadi gelisah.
....
Sedari tadi, Qaqa tidak ada lelah-lelahnya menjahili Nissa yang sibuk diam merenungi pikirannya. Berbagai cara Qaqa menjahilinya, menarik hidungnya, menarik rambutnya, sampai-sampai Qaqa menipiskan jarak diantara mereka, lalu Qaqa tatap wajahnya yang sangat dekat. Saat itulah, Nissa tersadar, dan mendorong dada Qaqa agar menjauh.
"Ih!! Qaqa apa-apaan sih!" spontan Nissa marah dengannya.
Qaqa mendengus,"Lagian lo bengong-bengong mulu. Kemasukkan baru nyaho lo!"
Nissa diam. Melihat respon Nissa, Qaqa merasa curiga. Seperti ada yang Nissa sembunyikan. Memang beberapa terahkir belakangan ini, Nissa dan Qaqa dekat, dekat menjadi teman tentunya. Apalagi kemarin, Qaqa dibuat terkejut karna Arsal tiba-tiba saja menelponnya. Dan dia memintanya menjaga Nissa selagi dia disana. Walaupun dia keberatan meminta padanya, mau gak mau Arsal harus melakukannya. Katanya, kurang afdol jika Arsya saja yang menjaganya, maka dari itu Arsal meminta Qaqa menjaganya. Tidak hanya Arsya dan Qaqa saja yang disuruh menjaga Nissa, Bobi dan Ilham pun sama, untuk menjaga Nissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Teen Fiction(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...