Cemburu? Wajar aja, sih. Ngeliat orang yang kita sayang saling tersenyum satu sama lain.
Arsal Rean Fernando
.
.
."Aku gak ijinin!" putus Arsal bulat dan melihatnya dengan kesal. Arsal menggeser duduknya dan melengos melihat orang yang berlalu lalang berjalan di koridor.
Nissa memanyunkan bibirnya. Ia memilin jarinya, dan menatap Arsal sambil memelas. Ia melirik ke arah Qaqa, Bobi, Ilham, serta Arsya yang ikut berkumpul di meja kantin. Mereka semua menjadi nyamuk sedari tadi mendengar Nissa dan Arsal yang saling berdebat.
"Arsal, gak liat gimana mukanya Kak Juan kemarin? Dia nyesel dan minta maaf sama Arsal. Bahkan Kak Juan sampe nangis." jelas Nissa menghembuskan nafasnya lelah. Ia melirik kearah mereka semua yang nampak diam, Nissa mencoba meminta bantuan mereka.
Arsya mengangguk terlebih dahulu. Ia menegakkan tubuhnya, sebelum mengatakan sesuatu.
"Sal, bener yang di omongin Nissa. Lo gak liat gimana Juan kemarin? Dia nyesel banget sama lo." kata Arsya sambil menatapnya. Arsal langsung menoleh melihatnya tidak suka.
"Terus gue harus apa, hah?" sewot Arsal merasa kesalnya ini sudah level atas.
"Lo harus nganterin dia ke bandara. Sebenernya bukan lo doang sih, kita juga ikut. Terakhir kalinya, bro." sahut Ilham menepuk bahunya.
Arsal diam. Entah kenapa ia masih merasa benci pada pria yang bernama JUAN ALINO itu. Bahkan teman-temannya menyuruhnya berdamai dengannya! Apa mereka melupakan saat kejadian dulu?
"Ayolah, Sal. Lo harus lupain masa-masa lo, dulu. Itu cuma kenangan buruk yang gak harus lo inget-inget lagi." timpal Bobi menyeletuk. Arsal melotot tajam kearahnya.
"Lupain??!" seru Arsal geram.
Bobi mengangguk polos,"Iya. Kaya lagu Inul Daratista. Ehemm.." jedanya berdehem sebelum melanjutkannya lagi."Masa lalu biarlah masa lalu.. Jangan kau ungkit jang—"
"Stop, Bob!" potong Qaqa memutar matanya. Bobi menyengir dengan wajah watadosnya itu.
"Lo bukannya cairin suasana malah bikin panas aja," kata Ilham menjadi sewot.
"Kok lo nyolot, sih?!" kesal Bobi tidak terima.
"Udah dong! Bukannya bikin Arsal mikir kalian bikin riweh aja," kata Arsya menengahi. Ilham dan Bobi diam. Sedangkan Nissa sedari tadi cekikikkan melihat kekonyolan mereka.
"Jadi gimana? Lo tetep gak ikut? Seenggaknya besok terakhir kalinya Juan ketemu kita. Gue tau gimana perasaan lo sekarang, gue juga kalau jadi lo sama, gue gak bakal maafin dia semudah itu. Tapi liat cara dia minta maaf sama lo, gue liat dia ngomong itu tulus sama, lo, Sal." kata Qaqa panjang lebar.
Arsal mengacak rambutnya, ia menatap satu persatu-satu temannya dan juga gadisnya.
"Kamu mihak mereka?" kata Arsal menunjuk temannya. Ia tatap gadisnya dengan tatapan sulit diartikan. Nissa diam, lalu mengangguk pelan. Arsal yang melihat itu memejamkan matanya.
"Fine. Gue lakuin ini karna Nissa. Besok, gue tunggu kalian disana." putus Arsal merasa malas mengatakan itu, tapi karena desakkan mereka, mau gak mau Arsal mengiyakannya.
Bobi, Ilham, Qaqa, Arsya serta Nissa yang mendengarnya langsung berseru. Arsal mendengus melihat mereka.
"Nah gitu kek! Ini baru Arsal kita," celetuk Bobi mencubit pipi Arsal dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Ficção Adolescente(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...