1 tahun kemudian...
Dering suara bel istirahat, telah berdering sekitar lima menit yang lalu. Semua murid langsung menggerumbungi kantin. Keadaan begitu riuh, karna tidak sabaran untuk memesan makanan. Datangnya Arsal, membuat mereka diam. Semakin hari, Arsal menjadi begitu tampan, entahlah itu tapi bagi mereka memang benar. Sosok dinginnya sudah tidak lagi, dan sekarang terganti dengan sosok yang humor dan hangat.
Tidak lama Arsal datang, dibelakang muncul sosok Nissa yang sedang menekuk wajahnya. Entah apa yang dia kesali, tapi raut wajahnya sangat kentara bahwa dia sangat kesal dengan Arsal. Dia menghentak-hentakkan kakinya, berjalan mendekati Arsal yang sedang duduk tenang di kursi kantin. Tapi tak lama, mereka kembali sibuk untuk memesan makanan dan tidak memperdulikan sepasang kekasih itu, percuma mereka tonton, cuma bikin mereka iri melihat hubungan Arsal dan Nissa yang terkenal saling romantis satu sama lain.
Arsal menghembuskan nafasnya, lelah menghadapi sikap pacarnya yang seperti anak kecil. Sudah berhari-hari, Arsal menjelaskannya, tapi Nissa tetaplah Nissa, dia tidak ingin menerima ini semua.
"Arsal, ngerti dong! Nissa gak mau ditinggal sama Arsal! Nissa gak mau LDRan ih! Pokoknya Nissa ikut, titik!" final Nissa yang menatap Arsal dengan tegas.
Arsal diam. Dan itu membuat Nissa semakin kesal dengannya, setidaknya dia berbicara satu katapun.
Arsal lagi menghembuskan nafasnya, kali ini terdengar berat.
"Harus berapa kali, aku ngomong sama kamu. Aku pergi gak akan lama, cuma satu bulan. Lagian aku pergi bukan ninggalin kamu, tapi aku pergi buat wujud-tin impian aku." sahut Arsal yang mengelus rambutnya pelan.
"Emang gak bisa, Arsal belajar jadi pilot disini apa? Nissa gak mau ditinggal sama Arsal, Nissa takut Arsal nemu cewek disana yang lebih baik dari Nissa!" jawab Nissa mulai berkaca-kaca menatapnya.
Arsal mencoba tersenyum, tangannya mengusap air matanya yang siap kapan saja akan terjatuh. Dia menggeleng menatapnya.
"Percaya sama aku, aku gak akan tertarik sama cewek selain kamu. Cuma kamu yang ada di hati aku, jangan berpikir yang nggak-nggak dulu, karna apa yang kamu pikirin belum tentu bakal nyata. Kalo kita saling percaya, gak akan ada namanya orang ketiga yang masuk ke hubungan kita. Aku pergi jauh buat ngejar impian aku, bukan nyari pengganti hati aku."
Arsal tersenyum lebar setelah mengatakan itu, Nissa yang mendengar itu, tiba-tiba saja merona dengan degupan jantung yang berirama begitu kencang. Arsal terkekeh, melihat wajahnya yang malu-malu.
"Tapi Nissa cuma takut, apa yang Nissa katakan bakal jadi kenyataan. Kita gak tau kedepannya kaya gimana kan? Cuma itu yang Nissa takutin,"
Arsal tersenyum lagi dan lagi. Dia mengamit kedua tangannya, dan Arsal genggam dengan erat.
"Gak usah ditakutin, kamu percaya dan aku percaya. Lagian udah aku bilang sebelumnya, cuma kamu yang ada dihati aku, gak perlu ditakutin lagi, okay?"
Nissa mengangguk, walaupun hatinya merasa gelisah mendengar ucapannya. Mana ada yang tau kedepannya dengan hubungan ini? Mungkin saja ada orang ketiga yang berniat menghancurkan hubungan ini. Kalau sampai itu terjadi, Amit-amit dah!
"Jadi kapan kamu berangkatnya?" tanya Nissa mulai serius.
Perlahan senyuman Arsal pudar, dia mendesah berat sambil memijit pelipisnya.
"Ini yang aku pikirin dari kemarin, papa nentuin hari dan kapannya gak bilang aku dulu, sekitar enam hari lagi aku berangkat.." desahnya, nampaknya Arsal sangat sulit mengatakan ini, terlalu berat untuknya.
Nissa melotot, terkejut. Tubuhnya menegang, dia diam seribu bahasa, tidak tau harus berbicara apalagi. Sulit dideskripsikan perasaan Nissa saat ini, campur aduk-lah intinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Novela Juvenil(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...