• Cold Prince #45b

17.5K 864 5
                                    

Nissa membasuh wajahnya dengan kedua tangannya, dia melihat bayangan dirinya di pantulan cermin dihadapannya. Wajahnya kian segar dari sebelumnya. Setelah selesai, Nissa keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan. Disana sudah ramai oleh semua anggota keluarganya. Mereka yang mendengar suara derap langkah langsung menoleh kesumber suara tersebut.

"Putri Papa ternyata sudah datang." celetuk Danis tersenyum lebar. Nissa menyinggungkan senyumannya dan memilih duduk bersebrangan dengan Papanya.

"Putri Papa yang cantik," tambah Nissa terkekeh.

Refa tersenyum hangat melihatnya. Lalu dia mengambilkan sepotong paha ayam untuk anaknya. Setelahnya dia duduk ke tempatnya.

"Dek, tiga hari lagi jadwal penerbangan kamu loh, udah packing belum?" ucap Darrel ditengah keheningan. Nissa menggeleng dengan mulut yang penuh makanan.

"Belum, Kak. Nanti bantuin ya." sahutnya yang dibalas anggukkan.

Danis menaruh sendoknya, yang membuat istrinya dan anaknya langsung menatap dirinya. Refa menyerngit melihat suaminya, tidak biasanya Danis seperti ini.

"Kenapa?" tanya Refa lembut pada suaminya. Danis menghembuskan nafasnya kasar.

"Sebenernya Papa gak setuju kamu jadi Model lagi, Niss. Papa gak mau apa yang dulu terulang kembali." ungkap Danis menatap anaknya dengan perasaan campur aduk.

Perlahan Nissa mengulum senyumannya, dia menggeser kursinya agar dekat padanya. Dengan senyum lebar tercetak jelas diwajahnya, Nissa berkata."Papa nggak usah pikirin itu. Apa yang Nissa ambil ini atas kemauan Nissa sendiri. Nissa hanya ingin membangkitkan kembali perusahaan Mama yang lagi diambang kehancuran. Lagian Nissa sementara aja buat men-sponsor Bazar itu."

Danis menghembuskan nafasnya lega, "Papa hargai putusan kamu, tapi kalau kamu berubah pikiran juga nggak papa. Papa malah seneng." Danis tersenyum lembut pada anaknya sambil mengelus puncak rambutnya.

Nissa mengangguk,"Nissa nggak bakal berubah pikiran. Niat Nissa juga baik, pengen bikin perusahaan Mama bangkit lagi."

Danis, Darrel dan Refa sama-sama tersenyum, mereka terharu dengan keputusannya. Tapi yang mereka takutkan semakin jadi, mereka takut kalau Arsal tidak bisa memahami dengan keputusannya, yang akan berakhir mereka berantem hebat. Karna Arsal sudah mengancam pada Danis dan Refa, kalau Nissa masuk kedunia Modeling lagi, Arsal tidak akan ragu lagi untuk marah, tidak hanya Danis, Refa, dan Darrel yang terkena amukkan olehnya, Nissa pun akan terkena amukkan olehnya.

"Udah deh kalian jangan berpikir Nissa putusin ini karna Nissa terpaksa, nggak! Sama sekali Nissa gak kepaksa, Nissa jujur mau bantu Mama. Apa itu salah ya?" Nissa berdecak sebal karna mereka masih tidak percaya dengan keputusannya.

Refa menggeleng,"Nggak, sayang. Kami hanya takut aja."

Nissa memutar kedua matanya, "Apa yang bikin kalian takut?"

Darrel tersenyum,"Kamu kaya gak tau Arsal aja, kita gak mau lagi ya kena amukkan dia. Cukup sekali, dan nggak mau lagi."

Nissa terkekeh pelan, "Pasti Arsal ngerti kok keputusan Nissa. Walaupun dia marah, tau sendiri Arsal gak bisa lama-lama marah sama Nissa."

"Hush! Kamu jangan kaya gitu. Walaupun Arsal gak bisa lama-lama marah sama kamu, kamu jangan ngambil kesempatan itu dengan semena-mena. Orang juga punya batas kesabaran." Refa menyeletuk sembil menyubit pelan pipinya.

Nissa menyengir lebar,"Hehe, iya nggak lah, Ma. Nissa gak bakal kaya gitu, dan Nissa gak sejahat itu. "

Danis menggelengkan kepalanya, "Kalau begitu inget apa yang dibilang Mama ya, Niss. Cobalah berbicara lembut jika kalian sedang menghadapi masalah, jangan ada yang egois. Dan menyelesaikan masalah pun harus kepala dingin. Ah, satu lagi, buang jauh-jauh sikap keras kepala kalian."

Cold Prince ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang