Saat masuk ke kamarnya, Nissa dibuat terkejut melihat sosok pria sedang menangis sambil memeluk bingkai potonya. Nissa menyerngit melihatnya, posisi pria itu membelakanginya, jadi Nissa tidak tau siapa pria itu. Nissa berdehem membuat pria itu menoleh ke belakang, dia melebarkan matanya melihat dia sedang berada di kamarnya.
Pria itu segera bangkit dan menghampiri Nissa, dia diam sejenak dengan air mata yang berlinang diwajahnya. Perlahan kedua tangannya terangkat menangkup wajahnya, langsung saja pria itu memeluk Nissa dengan erat.
"Dedek lucu, ini kakak."
Nissa diam membisu, mendadak bibirnya keluh. Dia bingung harus berkata apa, ingin mengucapkan satu katapun susah, alhasil dia hanya diam dengan tatapan kosong.
"Niss, kenapa diem? Kamu marah sama kakak? Sorry, kemarin kakak ada rapat mendadak, dan gak bisa di tunda, karna kalau di tunda perusahaan kakak bakal ngalamin kerugian. Plis, ngertiin kakak ya." tutur Darrel panjang lebar, dia menatap Nissa dengan sendu.
Nissa masih diam, seolah kesadarannya pergi entah kemana. Darrel dengan senang hati menunggunya menjawab ucapannya. Dia sedikit mengguncangkan bahunya, membuat kesadaran Nissa kembali.
"Ahh, iya."
Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Darrel tersenyum miris, dia tau adiknya masih marah dan juga kecewa padanya. Tapi mau gimana lagi, dia tidak bersalah, keadaan lah yang salah.
"Nissa gak marah kok, kapan kakak nyampe? Disana kayanya seru ya sampai-sampai kakak lupa balik, lupa kalau disini ada adiknya yang nunggu kakaknya selama bertahun-tahun." sindir Nissa melipatkan tangannya didada. Darrel tersenyum manis, dia mencubit kedua pipinya, gemas.
"Maafin kakak ya, semenjak kakak punya perusahaan sendiri, kakak langsung sibuk mulai saat itu juga. Apa dedek lucu kakak, kangen sama kakak tertampan sedunia?" tanya Darrel menaik turunkan alisnya, mencoba menggoda adiknya. Darrel akui, dia sempat pangling melihat adiknya secara langsung, ternyata adiknya bertumbuh menjadi wanita cantik dan menggemaskan.
Nissa berdecih pelan, "Geer, siapa yang kangen sama kakak. Gak usah percaya diri, di dunia ini gantengan Arsal ketimbang kakak!"
Darrel menyerngit bingung,"Arsal? Siapa dia? Berani banget buat dedek lucu kakak sampai gak muji kakak lagi."
Nissa memutarkan bola matanya, "Rahasia, gak usah kepo."
Darrel memajukkan bibirnya berapa centi,"Ternyata adik kakak udah besar ya, udah berani main cinta-cintaan."
"Iyalah, Nissa udah besar. Karna terakhir kakak liat Nissa, Nissa masih kecil. Wajar aja Nissa udah kenal cinta, Nissa bersyukur dipertemukan sosok Arsal di kehidupan Nissa, dia sayang sama Nissa, cara dia memperlakukan Nissa beda sama mama dan papa. Cuman Arsal yang sayang sama Nissa dan cuman dia yang selama ini jaga Nissa selagi kalian sibuk."
Perlahan senyuman Darrel menghilang, dia sedikit menegakkan tubuhnya. Nissa membuang wajahnya, percuma rasa kecewa sangat besar dilubuk hatinya, walaupun Nissa sudah berusaha tegar dihadapannya, tetap saja dia sama sekali tidak bisa menutupkan rasa kekecewaannya ini.
Nissa terkekeh pelan,"Lupain perkataan Nissa. Ini udah malem, besok Nissa harus sekolah. Good night, brother." ucap Nissa mengecup pipinya, dan mendorong pelan tubuhnya agar keluar dari kamarnya.
Nissa langsung menutup pintunya, dia menguci kamarnya dengan tangan yang bergetar. Tubuhnya merosot kebawah, dia mulai menangis sejadi-jadinya. Diluar sana, Darrel menatap pintu kamarnya dengan tatapan nanar. Dia adalah kakak terbodoh karna sudah mengecewakan adik satu-satunya. Dia mengacak rambutnya frustasi, dan turun kebawah menemui kedua orangtuanya yang berada di ruang kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Prince ✔
Jugendliteratur(N) : CERITA INI DALAM MODE REVISI , APABILA ADA TYPO MOHON DI MAAFKAN. [COMPLETE] • PART MASIH LENGKAP • Mewarisi gen papanya. Dingin, datar, cuek nan acuh, itulah kesehariannya. Sampai-sampai dia dijuluki 'Cold Prince' di sekolahnya. Akan tetapi d...