AL-1. Rahasia

143K 4.3K 112
                                    

Ada rahasia yang tersembunyi. Di balik riuhnya kantin, gedung sekolah yang megah, taman-taman hijau yang disukai para siswa, hingga lorong koridor yang selalu ramai. Ada rahasia yang akan kita baca kisahnya bersama-sama.

Rahasia ini, semoga kau bisa menjaganya sampai akhir cerita.

Kringg!!

Bel istirahat pertama baru saja berdering di SMA Persada. Itu tandanya, beberapa menit lagi kantin akan dipenuhi oleh murid-murid yang kelaparan setelah berkutat dengan buku pelajaran. Benarlah, segera setelah bel berdering, para siswa berduyun-duyun keluar dari kelas. Beberapa ada yang pergi ke perpustakaan atau lapangan, namun sebagian besar bergegas menuju kantin.

Begitu juga dengan Nadina, Fita, dan Rania. Ketiga siswa dari kelas 11 IPA 3 ini bersama puluhan siswa lainnya berjalan menuju kantin sambil berceloteh ringan.

"Habis ke kantin buruan langsung ke masjid, ya. Kita shalat duha," ucap Nadina, yang biasa juga dipanggil Nadin.

"Siap," jawab Fita dan Rania.

Bukan apa-apa, sebenarnya jika perut mereka tak selapar sekarang, biasanya mereka akan mendahulukan shalat duha di masjid sekolah. Namun setelah menghadapi ulangan matematika tadi, perut mereka seolah meronta minta diisi. Kalau shalat dulu, bisa-bisa bukannya mikirin bacaan, pas shalat nanti mereka malah mikirin makanan.

"Aku pesen, kalian cari tempat duduk, ya." Ujar Nadin.

"Oke. Aku biasa." Jawab Rania yang diangguki oleh Fita.

Lantas Nadin bergerak mengantri bersama anak lainnya, sementara kedua sahabatnya mencari tempat duduk.

"Buk, soto 1, baksonya 2 ya. Minumnya esteh 3," ucap Nadin pada Buk Jum, ibu kantin legendaris SMA Persada. Usianya mungkin sudah setua usia SMA Persada. Katanya sih, dari muda, Buk Jum sudah bekerja di kantin ini.

"Siap, Neng Nadin. Nanti dianter sama Asep, ya." Kata Buk Jum menunjuk anak lelakinya yang sedang membereskan piring.

"Oke, Ibuk. Makasih Buk Jumm..,"

Nadin bergegas menuju sahabat-sahabatnya yang ternyata memilih tempat duduk di pojok. Di sana, mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu.

"Ngomongin apaan?" Tanya Nadin saat duduk di tempatnya.

"Ituu.. kamu liat deh di sana," tunjuk Fita pada sisi seberang kantin. Di sana, ada segerombolan kakak kelas laki-laki dan beberapa anak seangkatannya.

Mata Nadin mengikuti pandangan Fita, dan terkesiap sekejap melihat ada seseorang yang amat dikenalnya. Namun ia buru-buru mengalihkan pandangan, takut ketahuan memandang.

"Kenapa emang?"

"Katanya Kak Ray habis berantem sama si Zaki angkatan kita." Ujar Rania.

"Hah??" Nadin menjawab kaget, matanya langsung kembali mencari si empunya nama. Melihat yang dicari dari atas ke bawah, memindai seluruh wajahnya, mencari luka atau lebam yang mungkin ada. Tapi nihil. Mulus-mulus aja, tuh.

"Katanya Zaki habis ngapain Gita gitu.. jadi Kak Ray mukulin dia." Fita menambahi.

Gita adalah teman seangkatan mereka, yang kabarnya berpacaran dengan Zaki, ketua geng perusuh angkatan 34. Sedangkan Kak Ray yang sedang mereka bicarakan adalah ketua kelompok perusuh angkatan 33. Dan Nadin? Ia bersama 2 sahabatnya adalah aktivis rohis sekolah, jadi tidak seharusnya mereka berurusan dengan geng-geng perusuh macam mereka.

Nadin mengalihkan pandangan, begitu objek yang ia pandangi menangkap matanya. Mereka bertatapan beberapa detik, sebelum Nadin pura-pura melihat ke arah lain. Mati aku, ketahuan, batinnya. Sementara orang itu di seberang tersenyum geli.

AfterlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang