4. New Problem

14K 537 21
                                    

Lagi, Bryan terbangun malam itu. Dia melirik jam kecil di dekat nakas dan menghela kecil. Bryan bangun dan berjalan ke kamar Jessica, dia membuka pintu yang dia buat sebagai pembatas diantara mereka. Bryan mendekati ranjang Jessica, dia mengusap pelan pipi Jessica. Tak berhenti sampai disana, Bryan mendekatkan wajahnya ke arah Jessica.

"Shusshh... It's okey... don't be afraid! I'm here" bisik Bryan di telinga Jessica.

Ya. Bryan terbangun karena mendengar jeritan Jessica dari kamarnya. Bryan yakin Jessica mimpi buruk seperti kemarin malam. Jessica memang tampak biasa saja jika dia terjaga tapi, begitu terlelap, dia akan langsung bermimpi buruk. Bryan mengusapi rambut gadis itu dengan lembut.

"Jes... Jessie..." panggil Bryan ketika dia melihat gadis itu menangis dalam tidurnya. Bryan menepuk pelan pipi sang gadis.

"Jessie..." panggilnya lagi dan berhasil. Jessica terbangun.

Jessica langsung nengulurkan tangannya dan mengalungkan tangan itu ke leher Bryan. Dia menelusupkan wajahnya ke dada bidang Bryan. Jessica menangis. Bryan hanya mengusap rambut panjang itu dengan penuh sayang. Dia menenangkan Jessica dengan ucapan yang meyakinkan kalau dirinya ada disana untuk melindunginya.

"Sudah lebih baik?" Tanya Bryan dan Jessica mengangguk.

"Jangan pergi! Aku takut..." ujar Jessica

Bryan naik ke atas ranjang Jessica dan menarik gadis itu untuk berbaring. Bryan memeluknya dan mengusapi rambut juga punggung gadis itu. Lagi. Malam itu Bryan menyanyikannya lagi pengantar tidur sambil sesekali mengecup puncak kepalanya.

'Kenapa gue kayak gini coba? Dia bukan adik gue, bukan saudara gue. Kenapa gue peduli? Kenapa hue mau repot-repot bangun jam tiga pagi hanya untuk menenangkan dia? Dan menyanyikan lagu pengantar tidur? Konyol...' pikir Bryan

Bryan menunduk dan melijat wajah cantik yang tengah terpejam itu.

'Something change inside me but, I don't  know what. But, I'm sure she is the one who change me'

Bryan menutup matanya dan kembali terlelap.

Pagi-pagi benar Bryan sudah membuka matanya. Dia menunduk dan melihat gadis di sampingnya masih bergelung dalam pelukannya seperti anak kecil. Bryan tersenyum tanpa sadar. Dia langsung menutupi mulutnya dengan tangannya ketika dia sadar apa yang sedang dia lakukan.

'Gila! Ngapain gue senyum-senyum sendiri?'

Bryan menggeser perlahan tangannya dan segera pindah ke kamarnya. Dia menutup pintu penghubung dan langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandinya. Seusai mandi dia mengecheck ponselnya dan baru sadar ponselnya kehabisan daya. Bryan mengisi daya baterai ponselnya. Dia berjalan ke walk-in closetnya dan mengambil seragam sekolahnya. Setelah merapikan pakaiannya, dia langsung keluar dan memeriksa ponselnya.

"Holy shit!" Umpat Bryan.

Bagaimana tidak mengumpat kalau di depan matanya dia melihat panggilan masuk yang sangat amat banyak dari ayahnya dan juga ibunya. Bahkan dari semua paman juga saudara-saudaranya.

"Habislah aku..." Bryan menghela pasrah.

Bryan memakai sepatunya dan mengambil ponselnya. Dia memakai tas ranselnya dan segera turun ke bawah. Mengambil selembar roti dan segera berlari keluar dari apartmentnya.

......

"Lo dari mana kak?"

Suara Rex membuat Bryan mendongakan kepalanya dan membatin dalam hati. Saat ini mereka sedang berada di kantin sekolahan, berhubung ada rapat dadakan, Bryan dan siswa lain dibebaskan dari beberapa mata pelajaran

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang