33. I'm Sorry Bryan...

10.2K 477 25
                                    

Dua bulan berlalu dengan cepat. Bryan masih berdiam di Celztia. Sesekali ibunya menghubungi untuk menanyakan keadaan dan kapan dia kembali. Bryan selalu diam saja ketika sang ibu menanyakan kapan dia kembali. Seperti saat ini, sang ibu tengah menghubunginya.

"Aku tetap sekolah Mom. Mom boleh tanya pada guru disana. Aku masih mengerjakan tugas dan mengikuti ujian dengan baik. Tugas setiap hari selalu aku kerjakan dan kirimkan pada mereka."

"Tidak Mom."

"Mom tahu alasannya."

"Hn."

"Kalian tahu apa yang aku mau."

"Sudahlah Mom, aku tutup."

Bryan menghela. Dia sendiri sadar kini dia berubah. Ayahnya pun memperhatikan dia walau hanya melalui cctv yang ada di penthouse dan tersambung kesana. Bryan meminum minuman yang dulu tidak pernah dia sentuh.

"I am a drinker now..." gumam Bryan.

Ya. Bryan menjadi peminum dan tak jarang dia minum sampai mabuk. Bryan juga sering pergi ke club hiburan malam. Keluarganya di Kanzpia sering mengatakan kalau dia salah memilih tempat melarikan diri. Celztia terlalu bebas dan bukan hal aneh jika orang yang sedang terpuruk seperti Bryan bisa berubah dengan cepat disana.

Bryan masih mencari gadisnya walau tidak pernah menemukannya. Tidak ada jejak kemana kekasihnya pergi. Terkadang Bryan berpikir jika kekasihnya pergi ke pulau terpencil atau ke daerah pedalaman suatu negara yang tidak bisa dia jangkau.

Bryan kembali diam. Dia menghela dan menutup matanya. Setetes airmata kembali mengalir di pipinya tanpa dia minta.

"Kenapa pergi Jessie? Aku kan sudah bilang, kalau aku akan melakukan apapun untukmu. Kita akan pergi bersama dan hidup berdua saja." Guman Bryan lirih.

Bryan memilih tidur daripada terus merasakan sesak di dadanya. Dia membaringkan badannya dan memejamkan matanya setelah meminum dua butir obat tidur.

"Ngghh..." lenguh Bryan dengan tangan meraba ranjangnya saat dia merasakan ponselnya bergetar.

"Michael speaking." Ujar Bryan dengan suara serak.

"Hah?" Bryan terlonjak dan duduk di atas ranjangnya dengan cepat.

"Aku pulang sekarang!"

Bryan segera memasukan pakaiannya ke dalam ranselnya. Beberapa pakaian kotor dia tinggalkan. Bryan membasuh wajahnya, mengganti pakaiannya dan segera menyambar dompet, ponsel dan ranselnya. Bryan keluar dari penthouse itu dengan cepat.

"Young master?"

"Pakaian kotor di penthouse di laundry dan kembalikan ke dalam sana saja."

Bryan segera pergi bahkan sebelum sang pelayan membalas ucapannya. Bryan berlari keluar dari hotel dan memanggil taxi. Dia memesan tiket menuju Kanzpia dengan cepat dari ponselnya.

"Tolong lebih cepat sedikit, pak!"

............

Disinilah Bryan, di depan mansion milik kakeknya. Bryan baru saja sampai setelah menempuh perjalanan selama belasan jam. Bryan berjalan masuk dan langsung disambut tatapan kaget dari para pengawal ayahnya. Bryan berjalan masuk dan berdiam di depan sebuah ruangan. Dia mendengarkan percakapan di dalam ruangan itu sebelum menarik satu sudut bibirnya ke atas.

"Sialan!" Umpatnya.

Bryan berbalik dan naik ke atas. Dia masuk ke dalam kamarnya yang ada disana. Bryan mengunci kamar itu dan berdiam disana. Dia yakin, para pelayan akan langsung memberitahu keluarganya kalau dia sudah kembali.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang