24. Rex Has Been Kidnapped

10.6K 480 7
                                    

"Maaf. Saya sudah sering menjawab hal ini. Saya tegaskan sekali lagi, saya belum tertarik pada dunia bisnis ataupun kerajaan. Saya masih ingin fokus pada pendidikan dan karir saya saat ini. Mohon kalian mengerti dan tidak mempertanyakannya lagi." Tegas Bryan saat wartawan kembali mempertanyakan apa yang akan diambilnya.

"Dan saya mohon dengan hormat, tolong berhenti menanyakan serta membandingkan penghasilan saya dengan penghasilan perusahaan siapapun. Bagi saya itu sesuatu yang kurang sopan. Saya tidak pernah bertanya kepada beliau ataupun membandingkannya dengan beliau. Jika kalian masih ingin mengetahuinya, silahkan tanya langsung pada beliau. Saya permisi."

Bryan langsung beranjak dari sana ditemani Fred. Bryan menghela kecil dan Fred malah terkekeh di sisi kanannya sementara Mark justru sudah tertawa tidak jelas di sisi kirinya.

"Diamlah kalian, kakak-kakak!" Ujar Bryan.

Bryan berhenti sejenak dan membuat kedua orang itu terhenti juga.

"Ada apa?" Tanya Mark.

"Apa kakak bawa aspirin?"

"Kenapa?" Kali ini Fred yang bertanya.

"Kepalaku pusing."

Fred dan Mark langsung menbawa Bryan menjauhi lokasi pesta. Mereka mengarahkan Bryan ke suatu ruangan di hotel itu. Berhubung hotel ini milik keluarga Malven, Fred hanya perlu mengeluarkan kartu yang sudah diberikan oleh Hans Malven, kakak Kanaya pada setiap pengawal yang datang.

Fred menghubungi rekannya dan tidak lama kemudian, rekan dari Fred datang bersama Gael dan lebih parah lagi, Dario juga datang. Bryan yang sedang menyandarkan kepalanya sambil memejamkan matanya tidak sadar kalau ayahnya sudah berada di dekatnya.

"Kak... kak William sudah datang belum?" Tanya Bryan pelan.

Bryan tersentak kaget saat merasakan tangan dingin seseorang menyentuh keningnya diiringi wangi yang sangat dia kenal masuk ke indra penciumannya.

"Kak, aku tidak meminta kakak memanggil Dad." Gumam Bryan menggerutu.

Bryan membuka matanya dan menatap ayahnya yang kini sudah berdiri di hadapannya dengan pakaian sangat rapi.

"Kenapa bisa pusing?" Tanya Dario langsung.

"Entahlah. Tiba-tiba saja kepalaku berputar tadi." Jawab Bryan jujur. Dia memang tidak tahu kenapa kepalanya pusing tiba-tiba.

Dario menyodorkan obat yang Bryan minta dan memberikan sebotol air mineral ke tangan Bryan. Baru saja Bryan meminum obat itu, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Bryan langsung mengutak-atik ponselnya dan memasukannya kembali ke saku celananya.

"Kalau dalam setengah jam kepalamu masih pusing, kamu pulang saja Ryan." Ujar Dario.

Bryan mengangguk. Dia berdiri dan merapikan pakaiannya. Dario berbalik dan mengajak Bryan keluar dari ruangan itu.

"Fred, kalau nanti dia masih pusing seret dia pulang!"

"Understood, Sir."

Dario berjalan bersama Bryan ke dalam ruangan. Tatapan Samuel dan semua keluarganya langsung mengarah pada Bryan dan Dario yang baru saja masuk.

"Kalian dari mana?" Tanya Samuel.

"Dari ruangan sebelah." Jawab Dario singkat.

"Kenapa kesana?"

"Kepalaku sedikit pusing tadi Grandpa. Aku kesana untuk duduk sejenak." Bryan menjawab dengan sopan.

Samuel menatap cicitnya dengan khawatir. Bryan malah tersenyum. Sepertinya obat yang dia minum mulai bekerja. Dia sudah jauh lebih baik sekarang.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang