114. Daddy is here

7.6K 485 35
                                    

Seperti sudah kebiasan di keluarga kecil Bryan, pagi itu perdebatan kembali terjadi antara si sulung dengan tuan putri di keluarga itu. Seperti biasa pula, Raquel akan menghampir sang ayah dan duduk di pangkuan ayahnya sambil mengadu pada sang ayah.

"Apa kalian setiap hari begini?" Tanya Rey yang cukup terkejut.

Jessica menepuk bahunya dan terkekeh. "Ya begitulah. Anak-anak kami memang agak kelebihan gen nakal,"

Rey hanya mengangguk. Dia menggendong Daniel untuk dibawa ke kursi bayi. Bryan sendiri hanya menanggapi perdebatan Raquel dan Samuel dengan senyum tipisnya.

"Sudah-sudah. Ayo makan! Sam, kembalikan milik adikmu," ujar Bryan dan Samuel langsung berhenti.

Samuel menghampiri sang ayah. Menarik turun Raquel dari pangkuan ayahnya dan memasangkan jam tangan yang sedari tadi dia bawa lari.

"Nah, selesai. Ayo makan," ajak Samuel setelah jam tangan itu melingkar di tangan adiknya.

Makan pagi itu kembali diisi dengan percakapan kecil. Bryan masih menatapi Rey yang nampak kurang tidur. Kantung matanya menggelap. Pandangan Bryan beralih ke arah Raiden. Anak itu nampak sedikit murung dan lebih diam dari kemarin. Bryan mengulurkan tangannya mengusap puncak kepala putranya itu.

"Ada apa?" Tanya Bryan membuat Raiden tersentak. Raiden menggeleng kecil. Dia tersenyum pada ayahnya.

"Tidak ada apa-apa, daddy. Aku hanya masih mengantuk," ujar Raiden.

Bryan tahu putranya berbohong. Bryan menyesap sedikit kopinya. Dia menatapi dan memperhatikan anaknya dengan seksama. Alis dan kening Bryan mengerut kecil.

"Raiden,"

"Ya daddy?"

"Kamu tidak sedang sakit, kan?"

"Tidak. Aku sehat daddy,"

Bryan mengangguk kecil. Dia kembali diam dan menyesap kopinya. Matanya tidak terlepas dari setiap pergerakan Raiden. Rey dan semua orang disana tahu Bryan tengah memperhatikan putranya. Mata biru itu selalu menyorot dengan cara yang sama jika dia sudah curiga pada sesuatu.

"Aw!" Ringisan itu keluar dari bibir Raiden saat Bryan menggenggam lengan kiri Raiden yang tepat berada di depannya.

Bryan langsung berdiri di sebelah Raiden dan menarik lengan sweater milik Raiden atas. Dia mendapati tangan itu berbalut perban.

"Raiden," Bryan memanggil dengan nada yang cukup membuat ketiga anaknya tahu kalau sang ayah tengah dalam mode siap meledak.

"Hanya terjatuh saja daddy. Aku tidak apa-apa,"

"Kenapa berbohong?"

"Daddy, aku tidak berbohong,"

Bryan menyuruh pelayan mengambil kotak obat. Bryan menarik kursinya ke sebelah Raiden. Dia membuka perban di lengan putranya itu. Mata Bryan berkilat marah saat melihat luka memar dengan segaris luka terbuka disana.

"Siapa yang melakukannya?"

"Aku terjatuh kemarin, daddy,"

Bryan menghela berat saat mendnegar kebohongan itu dari bibir putranya.

"Baiklah. Kapan kamu terjatuh?"

"Itu... umm..."

Bryan mengambil handuk bersih yang sudah dibasahi air dari kereta dorong kecil yang dibawa pelayannya untuk membawa kotak obat, sebaskom iar hangat dan beberapa helai handuk. Bryan mulai membersihkan luka itu. Dia tahu Raiden akan kesakitan jadi, dia mengambil tangan Raiden dan meletakannya di salah satu lengannya.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang