45. Mine

10.6K 490 14
                                    

Seminggu berlalu dengan cepat. Hari ini Bryan dan saudara-saudaranya sudah kembali bersekolah. Bryan tetap menjadi dirinya yang biasa. Sedikit banyak hatinya mulai menerima kenyataan kedua buyutnya sudah tidak ada.

Jam pelajaran berjalan dengan semestinya. Lalu, sebuah panggilan membuat Bryan dan Vannya harus keluar dari kelas dan menuju ke kantor guru piket. Kening Bryan berkerut saat melihat adik-adiknya juga keluar dari kelas dan sedang berjalan menuju meja piket. Tambahan, Jessica juga ada disana.

"Kenapa coba itu guru piket manggil kita?" Tanya Jacob.

Vannya menggeleng pelan. Tidak ada yang tahu kenapa mereka dipanggil ke meja piket.

"Siang, Ma'am." Sapa Vannya, Kathleen, Abigail, Chea, dan Jessica.

"Siang. Umm..."

The Devils bisa melihat guru piket mereka gugup dan bingung.

"Ada apa Ma'am kenapa kita dipanggil kesini?" Tanya Leon.

"Ummm... itu... sebenarnya, ada berita dari orang tua kalian. Kalian harus segera pulang."

"Lalu? Apa lagi yang dikatakan Dad?" Tanya Rex.

"Pesawat milik Lord Ardlan yang menuju ke Denspia mengalami kecelakaan."

Bagaikan petir yang menyambar dihari terang. Baru seminggu yang lalu mereka kehilangan buyut dan sekarang buyut-buyut mereka kembali mengalami hal yang sama. Tanpa pamit dan bicara pada guru piket. The Devils langsung mengambil tas mereka dan berlari menuju lapangan parkir. Mereka segera memacu kendaraan mereja dengan cepat menuju ke mansion besar Dimitry.

"Dad.." Bryan memanggil ayahnya saat dia sampai.

Bryan melihat ayahnya menggelengkan kepalanya dan saat itu Bryan tercekat. Dia marah. Marah pada dirinya sendiri. Bryan yakin, semua itu karena dirinya.

"Kenapa bisa?" Tanya Vannya.

"Mereka berempat sedang menuju Denspia untuk mengambil sesuatu." Ujar Daverick

"Lalu pesawatnya?"

"Jatuh di atas samudra." Dario menyahut.

Mark tiba-tiba datang mengantarkan sepucuk surat untuk Bryan. Bryan menerimanya dan menyuruh Mark pergi. Bryan membuka surat itu dengan diperhatikan oleh keluarga besarnya. Bryan membacanya. Hanya ada beberapa baris kalimat yang bahkan tidak sampai satu paragraf.

"Ryan?" Jessica memanggil Bryan.

Bryan meremat kertas itu dengan keras. Dia berbalik dan hendak pergi kembali jika saja, tangan Jessica tidak menangkap lengannya.

"Mau kemana?" Tanya Jessica saat Bryan berhenti dan berbalik untuk menatapnya dengan tajam.

"Lepas!"

Jessica cukup kaget dengan nada suara Bryan yang berubah. Bryan sudah tidak lagi hangat seperti dulu. Bryan yang detik ini ada di depannya sangat dingin dan tidak tersentuh.

"Kalau kamu mau pergi, aku ikut." Ujar Jessica.

Bryan menepis kasar tangan Jessica. Dia beranjak dan kali ini bukan hanya Jessica tapi, saudara-saudaranya. Mereka menghalangi Bryan.

"Kita nggak izinin lo pergi! Nggak boleh!" Ujar Jacob.

"Minggir!"

"Nggak!" Sahut The Devils kompak.

Bryan benar-benar marah. Dia tidak ingin berunding dengan siapapun saat ini. Dia hanya ingin pergi dan menghabisi orang yang sudah menggores luka di keluarganya.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang