79. Jacob has Wake up

8K 449 7
                                    

Bryan menatap ketiga orang yang baru saja memasuki ruangan di depannya. Bryan melirik ke kiri dan menemukan ayahnya masih setia berdiri disana. Jessica dan ibunya beranjak ke kantin.

"Apa kepalamu masih pusing?"

Pertanyaan itu membuat Bryan sedikit terkejut sebelum berdeham kecil.

"Tidak. Sudah tidak apa-apa." Bryan menjawab dengan cepat.

Bryan melihat sepatu di depannya. Dia mendongakan kepalanya dan kedua mata biru mereka saling bertemu. Ayah dan anak yang memiliki garis wajah serupa.

"Lain kali jangan lakukan hal seperti itu lagi! Kamu benar-benar mengejutkanku!"

Dario mengusap kecil luka Bryan yang ditutup perban. Dario menghela kecil.

"Kau juga sama, Dad. Mengatakan lebih baik uncle Lean mencekikmu seperti itu. Itu membuat semua orang takut Dad."

Dario mendengus. Dia duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Bryan.

"Kamu tidak tahu Bryan. Kamu tidak tahu, keberadaanmu, ibumu dan adik-adikmu itu lebih dari apapun untukku. Melihat kalian terluka sama dengan membunuh diriku perlahan. Jelas aku lebih memilih mengorbankan diri daripada harus melihat kalian terluka."

Bryan menoleh dengan mata terbelalak. Dia tidak menyangka ayahnya akan mengatakan sesuatu yang sepertinya berasal jauh dari dalam hatinya. Bryan sampai tidak bisa berkata apapun.

"Maaf." Setelah berdiam selama beberapa menit akhirnya, hanya itu yang bisa keluar dari bibir Bryan.

Dario tersenyum dan menepuk lengan putranya perlahan. Dario dan Bryan menoleh ke arah kanan saat suara langkah kaki terdengar. Nathan muncul disana dengan Daverick, Ren dan Aaron.

"Bagaimana Jacob?" Tanya Daverick.

"Dia baik." Dario menjawab sekenanya.

"Dan kamu Bryan?" Tanya Daverick lagi.

"I'm fine, uncle."

Daverick, Ren, Nathan dan Aaron menghela lega. Mereka menjenguk Jacob dan berkumpul di depan kamar itu. Mereka membicarakan keadaan Jacob. Dari sana diketahui kalau Jacob mengalami patah lengan kanan dan juga beberapa memar, dan sedikit luka sobek di tangan kirinya. Bryan melirik arlojinya.

"Sudah malam. Pamela, kamu pulang dulu saja." Ujar Bryan.

"Tapi, aku-"

"Pulang Pamela. Keponakanku itu belum makan dan belum istirahat. Sana pulang."

Para orang tua disana cukup salut dengan sikap dan sifat Bryan yang satu itu. Bryan benar-benar menuruni sifat dan sikap dari sang ayah. Dario juga akan melakukan hal serupa pada saudaranya.

Mengalah. Pamela akhirnya setuju pulang. Nathan yang kebetulan memiliki sebuah rumah di Denspia, mengajak Pamela, Lean dan istrinya, Jessica, Caroline, Ren, Daverick dan Nathan untuk kesana. Sementara, Aaron, Dario dan Bryan memilih tinggal.

Sebenarnya, hanya Bryan yang ingin tinggal. Dario merasa tidak tenang membiarkan Bryan sendirian di rumah sakit. Akhirnya, dia ikut tinggal dan Aaron ikut bersama mereka.

"Aku dan Aaron ke kantin dulu. Kamu mau titip apa?" Tanya Dario.

"Belikan air saja Dad."

Dario mengangguk. Dario dan Aaron pergi ke kantin. Bryan berdiri dari kursinya dan merenggangkan badannya. Bryan berdiri dan bersandar di dinding. Dia menundukan kepalanya. Ekor matanya menangkap siluet seseorang di ujung koridor. Bryan mengirim pesan pada ayahnya.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang