56. I Just Do What They Want

8.7K 411 12
                                    

"Jadi bagaimana Ryan?" Pertanyaan itu terlempar dari mulut ayahnya saat dia baru memasuki ruangannya.

"Ya tidak bagaimana-mana. Sudah aku bilang aku hanya sedang bosan karena itu aku menjual villa itu."

Dario menghela pasrah. Putranya terlalu mengesalkan dan keras kepala. Jika mereka beradu argumen, maka tidak akan ada habisnya.

"Kenapa tidak minta bantuan pada kami? Atau minimal bercerita padaku?"

Bryan menggelengkan kepalanya. Dia mengambil sebotol air mineral di kulkasnya dan meminum air dingin itu dengan beberapa tegukan besar.

"Tidak perlu Dad. Aku belum menemui jalan buntu."

Dario dan teman-temannya mengernyit mendengar ucapan Bryan.

"Dad dan uncle itu adalah kartu terakhir. Kalian seperti kartu joker dalam tumpukan kartuku. Jika aku sudah buntu, maka kartu itu yang akan keluar."

Dario hanya diam. Dia tidak menanggapi ucapan anaknya itu.

"Aku dengar, Rex berkelahi dengan Pertovack belum lama ini. Apa itu salah satu alasan dia menyewa gudangmu untuk menyimpan bisnis gelapnya?" Tanya Daverick.

"Maybe. I'm not so sure about that."

"Kalau masalah itu timbul karena Rex, maka aku harus membantmu menyelesaikannya."

Bryan tersenyum.

"Tidak usah uncle."

Pintu ruangannya diketuk dan membuat Bryan menoleh ke arah pintu. Davin muncul dengan kantung plastik berisi beberapa gelas minuman.

"Siapa yang memesan minuman Davin?"

"Kurir mengatakan Mr. Xavier mengirimnya."

Bryan mengangguk kecil. "Taruh saja di meja."

Bryan membiarkan Davin meletakan minuman itu dan kembali ke ruangannya. Bryan mengambil salah satu minuman di meja itu. Dia menyesapnya dan membawa gelas itu bersamanya. Bryan berdiri di dekat jendela besar itu dan menatap ke bawah jalan yang cukup padat.

Bryan meneguk kembali minuman di tangannya dalam dua tegukan besar. Matanya terpaku pada sesuatu di bawah sana. Bryan menajamkan matanya dan mendapati seseorang mendongakan kepala ke arahnya dengan seringaian di bibirnya.

"What the-?" Gumaman Bryan terputus saat lehernya terasa tercekik.

Gelas plastik yang dia pegang terlepas begitu saja dari tangannya dan membuat semua orang di ruangan itu terkejut. Bryan meraih telepon di atas mejanya. Belum sempat Bryan menekan intercom ke asistennya, badan Bryan keburu oleng dan berakhir dengan dirinya bersimpuh di lantai kantornya.

"Ryan!"

Bryan merasakan guncangan kecil di bahunya. Ayahnya tengah menatapnya dengan raut terkejut. Bryan melihat ayahnya berdecih.

"Zaldy, kejar mobil van hitam yang ada di sisi kanan bangunan ini." Ucapan dari sang paman membuat Bryan sedikit tenang.

Dario memberikan obat alerginya dengan cepat. Entah bagaimana, ayahnya bisa menyimpan obatnya itu.

"Breath Ryan!" Ujar Dario.

Bryan mengambil napas dengan berat. Dario dan Ren memapah dirinya ke kamar miliknya dan Dario dengan cepat melepaskan dasi juga membuka kancing kemeja putranya. Bryan memejamkan matanya dan berujung dengan kesadarannya yang menjauh.

..........

"Nnnh.." Bryan melenguh kecil saat dia tersadar.

Bryan mengerjapkan matanya dan melihat warna putih juga lampu yang menyilaukan matanya. Bryan melepaskan masker oksigen yang menutup hidungnya.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang