74. Semakin Hari Semakin...

8.6K 461 17
                                    

Ctak!

Satu buah anak panah berhasil menancap di pusat papan dart.

"Dasar gila! Bagaimana bisa kau mengenai sasaran itu dengan sangat tepat?" Ujar sesosok tampan bermata semerah darah itu pada sepupunya.

"Jelas karena itu mudah Rex..."ujar pemuda yang kini duduk di single sofa dan baru saja melemparkan anak panah itu.

"Champagne?" Tanya seorang anak lainnya.

Melihat kedua sepupunya mengangguk anak bermata biru itu membawakan sepupunya masing-masing segelas champagne.

"Kalau uncle Alex tahu, dia akan memarahimu karena meminum champagne di belakangnya..."

Pria itu terkekeh geli mendengar ucapan sepupunya. Dia melemparkan lagi satu buah anak panah dan kembali mengenai pusat papan dart itu. Mata birunya menatap geli ke arah sepupunya.

"Aku bisa lakukan itu berkali-kali, Rex. Sungguh..." ujarnya.

"Dasar kau!"

Disaat mereka bertiga terkekeh geli, sesosok anak bermata biru dengan rambut cokelat gelap menghampiri mereka dengan langkah cepat.

"Mereka pulang!" Ujar anak itu.

"Siapa Rey ?" Tanya Rex.

"The kings... maksudku Daddy dan uncle!"

"Holy shit!" Umpat salah satu dari mereka. Para pemuda itu langsung merapikan kekacauan mereka.

Ketiga anak itu mengambil permen dan meminum soda agar bau champagne menghilang dari napas mereka.

Brak!

"Astaga!" Ujar Rex terkejut sementara ketiga orang lainnya hanya mengusap dada mereka kaget.

"Dad..." panggil mereka berempat apada ayah mereka masing-masing.

Dario berjalan memasuki ruangan itu dan mendekati sofa yang kini di duduki oleh putranya. Mata biru mereka sempat bertemu tadi sebelum putranya mengusap dadanya sejenak dan kembali melemparkan anak panah ke papan dart.

"Kenapa berada disini?" Tanya Dario.

"Bosan, Dad."

"Bryan... kamu tahu kamu itu-"

"Aku tahu Dad. Aku hanya sedang bosan. Sejak bangun sampai hari ini aku terus berada di kamar."

"Bryan, kamu itu harusnya banyak istirahat."

"Hanya sebentar Dad. Aku akan kembali ke kamar nanti."

Dario mendengus. Putranya memang sulit diatur. Dario mengacak pelan helaian cokelat muda milik putranya.

"Dad kemana saja?" Tanya Bryan.

"Maksudmu?"

"Dad kemana saja selama beberapa hari ini? Karena sejak aku bangun lima hari yang lalu, Dad tidak berada disana."

"Hm?" Dario mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan putranya.

"Did you miss me, Ryan?" Tanya Dario membuat Bryan langsung menoleh ke arahnya meski tangannya tetap melemparkan anak panah dari permainan Dart.

"Uncle. Apa ayahku terbentur sesuatu sebelum kembali kesini?" Tanya Bryan pada paman-pamannya.

Jelas saja kelima paman Bryan terbahak keras mendengar ucapan Bryan. Dario langsung mengepit leher Bryan di bawah ketiaknya.

"Dad!"

"Dasar nakal!"

"Dad, stop it! I can't breath!"

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang