22. Quarrel

10.3K 498 9
                                    

Sekitar pukul sebelas Jessica membuka matanya. Dia melihat Bryan tidak ada di kamar itu. Jessica segera turun dari ranjang Bryan dan keluar dari kamar itu. Dia mencium wangi masakan dan juga suara samar dari dua orang yang berbincang.

"Ryan..." panggil Jessica.

Bryan dan Caroline menoleh ke arah tangga dan menemukan Jessica berdiri di anak tangga terakhir. Bryan langsung menghampiri Jessica dan menggenggam tangan gadisnya.

"Ayo, aku kenalkan pada seseorang!" Ajak Bryan.

Jessica mengekor di belakang Bryan. Caroline mematikan kompor dan berjalan ke ruang tamu. Dia duduk di sofa single yang ad disana sementara Jessica dan Bryan duduk di sofa panjang.

"Siapa namamu?" Tanya Caroline.

"Jessica Reina, Mrs."

Bryan melihat gadisnya gugup. Dia menatap ibunya dan sang ibu justru menyuruh dia ke dapur.

"Aku ambil minum dulu, Baby. Tunggu disini." Ujar Bryan lalu, dia segera beranjak ke dapur.

Jessica duduk diam dan menundukan kepalanya. Caroline hanya tersenyum kecil melihat anak gadis itu tergugup. Caroline berpindah menjadi ke sebelah anak itu. Dia mengambil tangan Jessica dan menggenggamnya.

"Jangan gugup begitu! Aku hanya mau berkenalan dengan gadis yang akan menjadi putriku."

Jessica mengangkat kepalanya dan menatap heran ke arah Caroline. Dia melihat Caroline tersenyum kecil dan terkekeh.

"Perkenalkan aku Caroline, ibu dari Bryan dan Chea."

Jessica mengangguk kecil.

"Panggil aku Mom, okey?"

Jessica terkejut. Dia membulatkan matanya dan hal itu membuat Caroline terkekeh. Dia mengusap pipi Jessica perlahan dan membuat anak itu mengernyit.

"Siapa yang melakukan ini pada putriku?" Tanya Caroline lembut.

"I..itu... senior di sekolahku."

"Kenapa?"

"Mereka tidak suka aku dekat dengan Ryan."

Caroline mengusap rambut Jessica dan memeluk anak itu. Dia mengusap punggung Jessica dengan lembut. Sontak saja, Jessica menangis dalam pekukan Caroline. Bryan yang baru akan masuk memilih berdiam di dekat pintu ruang tamu dan bersandar di dinding yang menjadi pemisah antara ruang dapur dengan ruang tamu.

"Apa sangat sakit sayang?"

"Sakit. Mereka memukuliku. Bahkan mereka mengataiku..."

Caroline mengusap rambut panjang itu dengan penuh sayang. Dia mengecup puncak kepala anak itu. Caroline merasa iba pada gadis di depannya. Dia juga merasa keputusan Bryan untuk menjaga, melindungi dan membuat gadis ini bahagia adalah pilihan terbaik.

"Jangan menangis lagi sayang!"

"Aku takut. Sebelum ini banyak yang mengejarku untuk membunuhku, sekarang, mereka memukuliku. Aku takut..."

Bryan menggeram kesal saat mendengar isakan gadisnya. Dia benar-benar ingin menghabisi pelaku penyiksaan terhadap gadisnya. Bryan masuk setelah Jessica sedikit tenang. Dia meletakan tiga gelas jus di atas meja. Dia duduk di sisi Jessica.

"Kenapa menangis Baby? Apa Mommy ku memarahimu?" Goda Bryan.

"Tidak. Mom sangat baik."

"Mom? Jadi, kamu sekarang ikut memanggil ibuku dengan Mom?"

Jessica mengangguk. Bryan tersenyum kecil. Dia mengusap rambut panjang gadisnya.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang