8. Have a Nice Dream, Son

11.9K 550 18
                                    

"Ayo pulang son!" Ajak Dario pada Bryan

Bryan mengangguk dan berjalan santai di sebelah ayahnya. Dia sempat berhenti dan menatap Sam yang sedang tergeletak karena pingsan.

"Apa Dad akan melaporkan dia pada orang tuanya atau Dad punya rencana sendiri?" Tanya Bryan.

"Entahlah. Oh iya, apa mereka melukaimu?"

Bryan hanya diam saja. Sebelum menggeleng kecil

"Hanya sedikit memar dan lagi sepertinya kepalaku agak berat. Mungkin masih ada sedikit efek dari minuman tadi siang" ujar Bryan.

Dario hanya bisa menghela berat. Dia mengangguk dan segera berjalan ke mobil mereka. Vannya memeluk Bryan erat-erat dan mengucapkan syukur berkali. Anak-anak itu pulang dan segera membantu ibu mereka.

.....

Next day,

"Astaga Honey! Turunkan aku!" Pekik Caroline.

Semua orang hanya tersenyum saja melihat bagaimana overprotective-nya Dario pada sang istri. Bryan sendiri hanya bisa terkekeh dengan pemandangan di depannya.

"Kamu sedang sakit sweetheart."

"Yang sakit itu kakiku bukan seluruh badanku. Astaga!"

Bryan terkekeh geli. "Terima saja Mom, Dad memang begitu."

Baru saja selesai satu masalah, ponsel Bryan berdering dan anak itu segera menyingkir keluar untuk mengangkat teleponnya.

"Ya. Aku sedang di rumah keluargaku. Kenapa?"

"Hah?"

"Okey okey... tenanglah, aku kesana sekarang."

Bryan segera lari ke garasi dan mengeluarkan mobilnya. Dia dengan cepat membelah jalanan Vicel City menuju ke apartment-nya. Dia begitu tergesa dan segera masuk ke dalam apartment-nya. Masuk ke kamarnya dan menggeser lemari besar di dekat meja belajarnya. Dia membuka pintu rahasia disana dan berpindah ke apartment  sebelah dengan cepat.

"Ada ap-" pertanyaan Bryan terputus saat sosok mungil memeluknya erat.

Bryan menunduk dan mengusap rambut gadis di depannya.

"Aku takut..." cicit gadis itu.

"Kenapa? Tidak ada siapapun disini, kan?"

"Aku mimpi buruk sejak semalam"

Bryan menghela napas berat. Dia mengangkat gadis di pelukannya dan berjalan menuju ranjang sang gadis. Dia membaringkan gadis itu di ranjang dan ikut naik di sebelah gadis itu. Sebelah tangannya melingkar di pinggang sang gadis sebelah lagi menjadi bantal bagi gadis itu. Dia juga mengusap rambut panjang gadis itu.

"Tidurlah. Kalau sejak semalam kamu tidak bisa tidur, sekarang tidurlah..."

Gadis itu merapatkan diri ke dalam pelukan Bryan. Dia melesakan kepalanya ke lekukan leher Bryan dan menghirup wangi citrus dan mint dari parfum dan rambut Bryan. Seperti tersihir oleh wangi tubuh Bryan dan juga kehangatan yang Bryan berikan, gadis itu terlelap dengan mudahnya. Sekitar setengah jam Bryan berdiam di posisi itu, menunggu sampai sang gadis terlelap pulas.

"Entah bagaimana, rasanya aku tidak bisa membiarkanmu sendirian. Kamu itu target yang seharusnya menjadi tugas terakhirku sebelum aku berhenti mengecewakan ayahku. Tapi, kamu justru malah menjadi seseorang yang membuatku merasa harus membangkitkan kembali DG agar bisa melindungimu..." bisik Bryan.

Bryan memandangi wajah tenang gadis di pelukannya. Bryan tahu sejak pertama melihat kedua mata yang tampak amat ketakutan itu, Bryan sudah jatuh. Dia tidak bisa lagi berkelit. Bryan bagaikan seekor serangga yang terjebak di jaring laba-laba. Bryan menemukan seseorang yang akan menjadi alasan baginya untuk menentang keluarganya sebagaimana sang ayah lakukan dulu.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang