70. When The Prince Got Sick

7.9K 409 18
                                    

"Bagaimana pekerjaanmu kemarin, Ryan?"

Pertanyaan itu membuat Bryan menghentikan sejenak kegiatannya untuk menjawab pertanyaan dari sang ayah.

"Melelahkan. Dad tahu sendiri, kan. 10 jam dari sini kesana di dalam pesawat. Aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak..."

"Tiga hari itu waktu yang cukup sebentar untuk melakukan sesi pemotretan..." ujar Dario lagi.

"Seperti tidak tahu kebiasaan putramu saja!" Ujar Caroline menyela Bryan.

Untuk kali ini, Bryan berterima kasih pada selaan ibunya.

"Maksudmu, sweetheart?"

"Honey, putramu itu mana mau jauh-jauh dari Jessica terlalu lama. Dia pasti akan menyelesaikannya dalam waktu singkat agar bisa segera pulang dan menemui Jessica." Ujar Caroline membuat Dario, Ares dan Kanaya mengangguk mengiyakan.

Bryan memakan makan malamnya kembali. Sebenarnya, saat ini dia sedang makan malam bersama dengan seluruh keluarga besarnya. Mereka berada di ruang makan mansion Dimitry. Kediaman dimana Samuel Arthur Dimitry harusnya tinggal. Dan kini, mansion raksasa itu hanya ditempati oleh keluarga Rafael dan Aaron saja.

"Jadi, Jacob belum ditemukan?" Tanya Theodore.

"Maaf Grandpa. Sepertinya dia sudah merencanakan semuanya. Termasuk tidak lagi mengikuti pelajaran di Sky High. Padahal kalau dia sekali saja membuka e-mailnya, aku akan bisa menemukan dia dengan cepat..." ujar Bryan.

Theodore mengangguk. Mereka makan dengan tenang. Bryan bisa melihat Lean hanya mengaduk makanannya tanpa berniat menyentuhnya sedikitpun, begitu pula Jeanna yang hanya memakan makanannya sedikit dan dengan sangat lambat.

'Maaf aunty, uncle, Grandpa Theo dan Grandma Rissa.' Batin Bryan.

Bryan sedikit bersin dan itu menarik perhatian semua orang di ruang makan itu.

"Kamu baik-baik saja, sayang?" Tanya Caroline.

"I'm fine Mom. Hanya saja -achoo!- hidungku gatal..." ujar Bryan jujur sembari bersin.

Bryan mengambil air di gelasnya dan menenggak air itu hingga tandas. Dia memilih menyudahi makan malamnya. Bryan langsung berjalan ke kamarnya dan membersihkan badannya. Bahkan sampai saat dia hendak berbaring, dia masih terus bersin.

"Bryan..."

Bryan membuka matanya dengan malas. Dia baru saja terlelap pulas.

"Hmmm?" Bryan bergumam kecil dengan mata yang terbuka sedikit.

"Minum obat dulu."

Bryan bangkit dan mengambil obat dari tangan ayahnya. Dia meminumnya dan meminum air putih sebelum dia kembali membaringkan badannya di atas ranjang. Bryan memejamkan matanya. Bryan masih merasakan sang ayah mengusap pelan rambutnya lalu, merapikan letak selimutnya.

"Good night, son..." ujar Dario.

"Thanks Dad..."

Bryan benar-benar kembali terlelap setelahnya. Dia tidur dengan pulas. Dario menatap wajah putranya yang sedikit memerah karena demam. Dario menaikkan suhu pendingin ruangan agar tidak terlalu dingin untuk Bryan. Dia segera keluar.

.........

Sakit. Satu kata keramat yang paling Bryan benci. Bryan memang hampir tidak pernah sakit tapi, sekalinya dia sakit, maka akan butuh waktu lama baginya untuk sembuh. Seperti sekarang contohnya, Bryan tidak bisa bergerak kemana pun. Bangun dari posisi tidur saja kepalanya langsung berputar seperti dia sedang menaiki roller coaster yang berujung membuatnya mual.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang