29. Found Her

10.9K 516 39
                                    

"Minta maaf?"

Bryan melepaskan pelukannya dan menatap ayahnya dengan sinis. Dia mengingat kembali bagaimana Jessica menangis karena sosok di sebelahnya ini tadi.

"Semudah itu meminta maaf?" Tanya Bryan.

Bryan melihat ayahnya terdiam. Dia tidak mau bertengkar dengan ayahnya. Dia akan lebih memilih diam daripada harus bertengkar dengan ayahnya. Karena dia tahu, apa yang akan terjadi kalau sampai dia bertengkar dengan ayahnya.

"Sudahlah." Ujar Bryan akhirnya.

"Kalau memang hanya ingin minta maaf. Aku katakan sudah aku maafkan. Silahkan keluar kalau sudah tidak ada yang ingin dibicarakan lagi." Lanjutnya.

Dario tersentak saat medengar ucapan putranya. Caroline sendiri kaget saat mendengar ucapan itu. Bryan tidak narah seperti biasanya. Padahal, mereka pikir Bryan akan mengeluarkan semua amarahnya pada mereka tapi nyatanya, Bryan hanya mengalah.

"Ryan..."

"Aku sudah tidak apa-apa. Aku juga tidak mempermasalahkannya lagi. Jessie juga sepertinya sama. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Lagi pula salahku juga melakukan sesuatu yang sudah aku janjikan untuk tidak aku lakukan lagi."

Bryan berujar dengan santai. Dia menoleh saat mendengar suara pintu lemari dapur yang tertutup. Dia tahu Jessica sudah turun kembali. Tak lama, Jessica muncul dengan beberapa gelas teh dan satu cangkir kopi. Bryan memang menberitahu sedikit tentang keluarganya pada Jessica.

Jessica meletakan cangkir-cangkir itu di meja ruang tamu sebelum dia berbalik kembali. Bryan menahan tangan Jessica dan menatap gadis itu seolah bertanya kemana gadisnya akan pergi.

"Aku mau makan siang Ryan. Kamu sih sudah makan. Aku, kan belum." Ujar Jessica.

Bryan terkekeh kecil dan mengangguk. Dia melepaskan tangannya dan membiarkan Jessica berlalu ke ruang makan. Caroline dan Kanaya menyusul Jessica ke ruang makan. Bryan diam saja membiarkan ibu dan neneknya menyusul Jessica.

"Ryan, Dad hanya-"

"Bukan salah Dad. Salahku. Sudah. Masalah tadi siang itu anggap saja selesai seperti itu."

Bryan berdiri dan justru malah langsung merasakan bumi yang dia pijak bergoyang dan akhirnya gelap menyambutnya.

"Bryan!" Dario menangkap badan Bryan tepat saat putranya oleng ke depan.

Jessica langsung berlari dari ruang makan dan terhenti saat melihat badan Bryan disanggah oleh sang ayah. Dario berniat membaringkan Bryan di sofa.

"Bawa ke kamar Bryan saja." Usul Jessica.

"Kami tidak tahu password apartnya nona..." ujar Ares.

"Umm... lewat kamarku saja."

Keempat orang disana langsung mengerutkan kening bingung. Tak urung mereka tetap mengikuti Jessica. Dia membuka pintu kamarnya juga pintu penghubung di kamar itu. Dario membaringkan Bryan di ranjang milik Bryan.

"Pintu itu, sejak kapan ada disana?" Tanya Dario membuat Jessica mengkeret ketakutan.

Caroline mengusap punggung Jessica dan tersenyum lembut pada anak itu.

"Tidak apa." Ujar Caroline.

"Sejak Bryan menyuruhku tinggal di sebelah apartnya. Hari itu juga dia melubangi dinding ini dan keesokan harinya dia membeli semua peralatan untuk membuat pintu ini."

"Bryan sering masuk ke kamarmu?"

"Terkadang."

"Kenapa?"

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang