30. So..

10.1K 491 18
                                    

'I found her!' Batin Dario.

Bryan sendiri hanya diam dan mengusap punggung tangan gadisnya dengan lembut. Kanaya melihat itu dan dia hanya tersenyum saja.

"Ternyata benar kata ma..." gumam Kanaya.

Meski Kanaya hanya menggumam, semua orang disana bisa mendengar gumaman itu. Mereka menatap Kanaya yang kini hanya tersenyum.

"Ma bilang apa?" Tanya Ares.

"Hm?" Kanaya menoleh dan tersenyum lebar.

"Ma pernah bilang kalau grandma mu pernah berujar padanya. Pria-pria Dimitry itu sangat dingin, tidak berperasaan dan tidak tersentuh..." ucapan Kanaya membuat para pria disana mengerutkan kening seperti tidak menyetujui ucapan itu walaupun, mereka tahu itu benar adanya.

"Tapi, begitu mereka bertemu seseorang yang sangat mereka cintai dan sayangi. Jangankan harta, kepala dan nyawapun pasti diberikan." Sambung Kanaya membuat Caroline mengangguk setuju.

"Benar kata Grandma kalau begitu." Ujar Caroline.

Dario langsung menatap ke arah istrinya.

"Apa?" Tanya Caroline.

"Itu benar, kan? Aku merasakannya darimu, Honey..." ujar Caroline lagi.

Kanaya terkekeh kecil. Bryan hanya diam saja dan sibuk mengusapi tangan Jessica. Meski begitu otaknya tengah berkelana jauh. Memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di meja ini. Dan memikirkan keputusan untuk keluar dari negara ini. Bryan merasa sedikit pusing dan pandangannya sedikit memburam. Bryan sampai memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali.

Bryan menarik gadisnya agar berdiri di sebelahnya. Jessica sedikit terkejut tapi, dia berpindah juga.

"Kenapa?" Tanya Jessica pelan.

"Kepalaku pusing..." gumam Bryan.

Bryan menyandarkan kepalanya di perut rata gadisnya. Tangannya memeluk pinggang ramping itu dengan erat.

"Pindah ke kamar saja..." saran Jessica.

Bryan menggeleng. Bryan takut gadisnya terluka.

"Ya sudah, aku temani ya... ayo ke kamar." Ajak Jessica.

Bryan tetap keras kepala. Dia tidak mau kemanapun. Bryan memejamkan matanya sekilas lalu membuka lagi matanya.

"Jessie..." panggilan itu membuat Jessica mengangkat kepalanya.

"Ya?"

"Besok kamu datang ke mansion bersama Bryan." Bukan pertanyaan tapi perintah.

Bryan langsung membuka matanya dengan terkejut. Bryan lupa dengan rasa pusing di kepalanya dan dia langsung duduk dengan tegak dan menatap ayahnya dengan tatapan dalam.

"Apa yang Dad rencanakan?"

"Tidak ada. Memangnya aku tidak boleh mengundang dia ke rumah."

"Lupakan saja! Tidak ada yang akan datang kesana!"

Napas Bryan sedikit menderu. Kepalanya pusing dan badannya mulai terasa panas.

"Ryan... sudah jangan marah-marah."

"Tidak Jess. Tidak ada yang kesana. Kamu juga tidak boleh keluar dari apartment!"

Dario baru mau berucap tapi, Caroline dan Ares menahannya. Jessica sendiri langsung menarik kursi di sebelah Bryan dan duduk disana.

"Aku tidak pergi kalau kamu tidak pergi, okey. Sudah jangan marah lagi..." ujar Jessica menenangkan Bryan.

Bryan diam dan menatap Jessica. Dia mengangguk. Bryan menyandarkan kepalanya di bahu Jessica. Jessica bisa merasakan suhu badan Bryan cukup panas di kulitnya. Bahkan napas Bryan juga terasa panas di kulitnya. Jessica diam saja dan menunggu sampai Bryan agak tenang. Setelah Bryan tenang, Jessica mengajak Bryan kembali ke kamarnya.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang