58. I'm Going With You

8.4K 413 33
                                    

Sudah tiga minggu dirawat di rumah sakit dan hari ini Bryan diizinkan pulang. Meski begitu, tetap ada beberapa hal yang perlu Bryan perhatikan, seperti pola makan dan jenis makanan yang dia konsumsi untuk dua bulan ke depan. Bryan juga tetap tidak boleh emosi berlebihan ataupun stress.

Semua jenis patangan dan peringatan dia simpan di otaknya. Bryan kini sedang duduk manis sembari mengancingkan kemejanya dengan santai. Telinganya tetap mendengarkan ucapan panjang dari Charles untuknya.

"Kamu mendengarkanku tidak sih?" Tanya Charles.

"Dengar uncle. Perlu aku ulangi?" Tanya Bryan.

Tidak ada jawaban membuat Bryan menarik napas sejenak.

"Tidak boleh makan makanan keras dan kasar juga, tidak boleh meminum minuman beralkohol dan merokok selama dua bulan ke depan. Tidak boleh terlalu stress, terlalu emosi. Tidak boleh terlalu lelah karena bisa membuat imunku menurun dan berujung flu atau batuk yang berbahaya bagi luka dalamku. Lalu-"

"Cukup! Okey, kau mendengarkanku."

Bryan mengangguk. Dia beranjak dari ranjangnya dan duduk di sofa. Dia sedikit mengernyit saat lukanya masih sedikit terasa sakit. Bryan mengambil ponselnya dan memasang earphone di telinganya. Dia mendengarkan musik sembari menunggu ayahnya.

"Bryan?" Panggilan itu tidak terjawab lantaran Bryan masih larut dalam musik yang dia putar di ponselnya.

"Dia sudah menunggu sejak tadi." Ujar Charles pada Dario yang datang menjemput Bryan.

Dario terkekeh kecil. Dia menghampiri Bryan dan menarik salah satu earphone milik Bryan. Membuat Bryan membuka matanya.

"Ayo pulang, son!"

Bryan mengangguk. Dario meminta Gael mengambil dan membawakan tas milik Bryan sementara Bryan berjalan bersamanya. Bryan sempat mengucapkan terima kasih pada Charles juga Nasha. Bryan akui apapun yang dilakukan Nasha hari itu berhasil membuat dia terlelap dengan nyenyak.

"Kita ke Xav Mansion?" Tanya Bryan saat menyadari arah jalan yang mereka lewati.

"Hn. Kakekmu ingin memastikan keamananmu dengan matanya sendiri. Mau tidak mau kita tinggal disana sampai kamu sembuh."

"Dad, boleh besok aku bersekolah dengan normal?"

"Selama kamu bisa mengikuti semuanya dari rumah, kenapa kamu ingin sekali di sekolah?"

"Aku bosan di rumah sakit terus dan juga di rumah pastinya."

Dario hanya tersenyum simpul.

"Lihat pada keadaanmu nanti, jagoan..." ujar Dario singkat.

Bryan hanya bisa menggerutu kesal.

"Oh iya, Ryan."

"Hm?"

"Kakekmu kemarin meminta tolong apa padamu?"

Bryan menoleh dan menghela napasnya kecil. Dia tahu pasti kakeknya akan mengatakan semuanya pada keluarga mereka. Bryan menggelengkan kepalanya.

"Hanya menanyakan cara mengatasi masalah yang dia ceritakan padaku."

"Hnn... dan hebatnya masalah itu sekarang selesai berkat ucapanmu."

Bryan langsung menoleh ke arah ayahnya dengan cepat.

"Dad bercanda?"

"Apa aku terlihat bercanda?"

Bryan kembali ke posisi semula dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Sepertinya aku harus merelakan waktu luangku untuk perusahaan Grandpa sebentar lagi." Gumam Bryan membuat Dario terkekeh geli.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang