18. The Hunter

10.8K 472 5
                                    

Bryan mengikuti ujian susulan lantaran beberapa hari yang lalu dirinya harus meninggalkan kelas demi pemotretan. Bryan menghela kecil saat melihat tumpukan soal termasuk beberapa ujian yang baru akan diujikan beberapa hari kemudian di kelas Bryan. Dia memang sengaja meminta ujian lebih dulu karena, dia takut dia harus mengikuti beberapa pemotretan lagi.

"Mrs. semuanya sudah saya kerjakan. Saya pulang dulu ya, Mrs." Ujar Bryan sembari menyerahkan lembaran kertas yang dia kerjakan kepada wali kelasnya.

Bryan membutuhkan waktu dua setengah jam untuk mengerjakan soal-soal ujian itu. Berterima kasihlah dia karena, menuruni otak cerdas keluarga Dimitry dan juga Klienschmidt. Bryan segera keluar. Dia berjalan menuju ke lapangan parkir. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil itu keluar dari lingkungan sekolahnya.

"Untung tidak ada jadwal..." gumam Bryan.

Bryan baru akan ke apartment-nya kalau saja, dia tidak ingat mau berkunjung ke rumah sakit hari ini. Bryan melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah sakit. Dia kesana tanpa mengganti pakaiannya. Sesampainya disana, Bryan langsung bergegas keluar dari mobilnya. Kening Bryan sedikit berkerut saat melihat mobil yang serupa dengan beberapa waktu lalu. Bryan menggindikan bahunya dan berjalan menuju ke arah Gael yang kebetulan ada di tempat parkir.

"Uncle..." panggil Bryan.

Gael menoleh. "Young master. Anda baru pulang?"

Bryan mengangguk. "Ikut ujian susulan dulu tadi. Dad di dalam?"

"Iya, young master. Sir ada di dalam bersama dengan Sir Daverick."

Bryan mengangguk paham. "Aku masuk dulu ya uncle."

Gael mengangguk saja. Bryan langsung melangkah masuk ke dalam. Dia menaiki lift dan membuka ponselnya. Keningnya sedikit berkerut saat membaca sesuatu di ponselnya. Bryan mengetik beberapa huruf dan langsung memasukan ponsel itu kembali ke saku celananya.

"Siang, your highness" sapa beberapa perawat dan Bryan hanya tersenyum. Sesekali dia membalas sapaan itu.

Dia berhenti di depan pintu kamar Rex. Tangannya terulur membuka pintu kamar itu. Dia terkejut melihat adiknya yang tengah menguping sesuatu di dekat pintu penghubung ruang rawat dengan ruang tamu. Bryan mencuri dengar apa yang adik-adiknya dengar.

Puk!

Bryan menepuk bahu Jacob dan Leon membuat kedua orang itu terlonjak dan juga semua adiknya terlonjak kaget.

"Ayo keluar!" Ajak Bryan pelan, nyaris berbisik.

Bryan menyuruh adik-adiknya duduk. Dia mengeluarkan kertas yang baru semalam dia print. Bryan menyodorkan kertas itu ke tangan Vannya. Mereka semua langsung mengerubungi Vannya dan membaca isi kertas itu. Rey yang masih tidak percaya sampai menarik selembar kertas dari tangan Vannya dan membaca ulang kembali isi kertas itu.

"Axella Wanson. Dia mengidap penyakit paru-paru akut. Baru-baru ini penyakitnya berkembang menjadi kanker paru. Alasan orangtuanya mengirim dia ke Celztia adalah untuk berobat." Ujar Bryan.

"Kalau Rex tahu dia bisa jatuh..." ujar Rey.

Semua orang menatap ke arah Rey. Bryan tahu seperti apa sifat adik sepupunya yang satu itu. Dia mengangguk menyetujui ucapan Rey. Rey mengarahkan tangannya ke dadanya.

"Gue bisa ngerasain seberapa besar sayangnya Rex buat Xella. Dia sangat amat sayang sama Xella. Kalau dia tahu Xella sakit seperti ini, Rex bisa gila..."

"Kita nggak bisa kasih tahu Rex. Axella harus bilang dan menjelaskan ke Rex sendiri. Dia harus membuat Rex mengerti sebelum semuanya terlambat." Ujar Bryan.

[KDS #3] Ma Belle CibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang